Senin, 29 Desember 2014

SEHARI DI KOTA SIAK

Setelah sebelumnya saya eksplore kota Pekanbaru selama dua hari  yang sudah saya posting di http://aufasidix.blogspot.com/2014/12/eksplore-pekanbaru.html, saya melanjutkan perjalanan kembali ke kota berikutnya, ke kota Siak.


Jembatan Siak
Kota Siak, memang terkenal sebagai kota wisata budaya melayu di provinsi Riau. Bisa ditempuh dengan jalur darat sekitar 3-4 jam dari kota Pekanbaru, namun transportasi yang paling praktis dan cepat bisa menggunakan moda transportasi air dengan speedboat menyusuri sungai siak dari Pelabuhan Duku di kota Pekanbaru menuju Pelabuhan Siak selama kurang lebih 2 jam saja. Saya sendiri memutuskan untuk menggunakan transportasi air alias speedboat demi efisiensi waktu, pun pemandangan di kanan kiri sungai juga sangat bagus.

Pelabuhan Duku Pekanbaru
Suasana di dalam speedboat
Jika ingin eksplore kota Siak lebih lama, saya sarankan ambil jadwal speedboat dari Pekanbaru paling pagi yakni jam 7.30 pagi sehingga sampai kota Siak masih pagi. Saya sendiri memutuskan ambil speedboat pagi dari pekanbaru dan kembali dari siak dengan speedboat paling sore yakni jam 4 sore dari Pelabuhan Siak dan sampai Pelabuhan Duku di Pekanbaru jam 6 petang. Saya tidak menginap di kota Siak dan memutuskan kembali ke kota Pekanbaru pada hari yang sama karena saya pikir banyak objek wisata di kota Siak justru dinikmati di siang hari dan saya rasa seharian penuh di kota Siak sudah cukup untuk eksplore tempat – tempat menarik di kota Siak.

Sungai Siak
Pemandangan Sungai Siak dari dalam Speedboat
Pemandangan Sungai Siak dari dalam Speedboat
Sepanjang perjalanan dengan menggunakan speedboat, banyak hal yang dapat saya amati, seperti aktivitas penduduk asli di sepanjang sungai, aktivitas bongkar muat kapal pengangkut hasil olahan kelapa sawit, minyak bumi, kayu hasil olahan hutan, dan sebagainya. Dan ternyata sepanjang perjalanan pekanbaru-siak selama 2 jam, speedboat juga berkali-kali berhenti untuk menurunkan dan menaikkan penumpang di pelabuhan-pelabuhan kecil. Transportasi air di provinsi Riau ini ternyata sudah menjadi alat transportasi vital dan utama dibanding transportasi darat terutama menuju daerah-daerah yang berdekatan dengan pantai seperti dumai, bengkalis, kepulauan meranti, dan siak.

Jalanan sepi di kota Siak
Pusat kota siak sendiri tidak jauh dari pelabuhan kota siak dan lebih beruntungnya lagi berbagai tempat wisata yang menarik juga terletak di pusat kota saja dengan jarak yang relatif dekat antara satu dengan yang lainnya. Sebut saja Istana Siak, Masjid Agung Siak, dan Jembatan Siak. Ketiganya masih berada di pusat kota Siak yang luasnya tidak seberapa. Lebih beruntung lagi waktu saya kesana cuaca sangat cerah sehingga saya bisa leluasa eksplore ke tempat – tempat tersebut seharian.

Di Dalam Istana Siak
Istana Siak
Istana Siak cukup kecil untuk ukuran istana, namun di dalamnya menyimpan berbagai koleksi peninggalan kesultanan siak yang merupakan cikal bakal dari lahirnya budaya melayu. Terdiri dari dua lantai, untuk masuk ke komplek istana harus melepaskan alas kaki. Waktu saya kesana, beberapa bagian di istana siak sedang direnovasi sehingga saya tidak bisa eksplore semua ruangan di istana siak.

Pelabuhan Siak
Kantor Bupati Siak

Rumah Dinas Bupati Siak
Tidak jauh dari istana siak, saya dengan menyewa betor melanjutkan perjalanan ke Jembatan siak yang sangat terkenal itu. Jembatan yang sangat megah. Jembatan ini seperti memisahkan bagian pusat kota siak menjadi dua yakni bagian pusat bisnis dan pemukiman di salah satu sisi dan bagian pusat pemerintahan tempat kantor bupati, dan gedung – gedung pemerintahan di sisi lain jembatan. Saya memutuskan untuk menyeberangi jembatan karena penasaran dengan apa yang ada di balik jembatan. Ternyata benar terdapat komplek kantor bupati dan DPRD serta kantor – kantor pemerintahan yang lain yang sangat megah dan besar, agak kontras dengan pemukiman warga yang sederhana di sisi lain sungai. Hmmm..

Sup Tunjang Khas Siak. Yummy :)
Pusat Jajanan di pinggiran sungai Siak
Sebelum bertolak kembali ke kota Pekanbaru, menikmati senja di kota Siak saya habiskan dengan kulineran di pinggiran sungai siak sambil memandang jembatan siak dan kapal yang lalu lalang di sepanjang sungai. Banyak rumah makan di pinggirian sungai ini yang ditata dengan apik dan kita bisa memilih untuk duduk di dekat sungai atau di dalam rumah makan. Letaknya pun berdekatan dengan pelabuhan siak sehingga saya tidak perlu khawatir ketinggalan speedboat kembali ke kota Pekanbaru. Salah satu kuliner yang saya coba yakni Sup Tunjang. Penasaran bagaimana rasanya? Silahkan coba sendiri di kota siak? Hehe :D

Minggu, 28 Desember 2014

EKSPLORE PEKANBARU

Masjid Agung An Nur Pekanbaru
Banyak orang yang kaget dan bertanya-tanya waktu saya mengutarakan ingin jalan-jalan ke Pekanbaru, ibukota provinsi Riau . “Ngapain kamu ke Pekanbaru? Emang ada tempat wisata yang bisa dilihat di sana?”. Yap, anggapan tersebut tidak salah namun juga tidak sepenuhnya benar, karena memang kota Pekanbaru lebih identik dengan kota bisnis ketimbang kota wisata, terutama bisnis kelapa sawit yang tersebar di banyak daerah di Riau. Namun jalan-jalan ke kota Pekanbaru bukan berarti akan membosankan karena nyatanya tetap ada tempat-tempat menarik yang unik dan bagus untuk dieksplore.
Bandara Sultan Starif Kasim, Pekanbaru
Memang sehari atau dua hari saja, atau minimal menginap semalam,  saya rasa cukup untuk menjelajahi kota Pekanbaru. Ada  beberapa tempat menarik yang sempat saya kunjungi seperti Masjid Agung An Nur, masjid terbesar di kota Pekanbaru yang mendapat julukan sebagai “Taj Mahal”-nya Pekanbaru. Tidak sulit untuk menemukan masjid ini karena letaknya yang di pusat kota. Waktu saya kesana sedang ada rombongan turis dari padang yang jalan-jalan sekaligus sembahyang di masjid ini. Wah, ternyata orang minang kalau jalan-jalan ke Pekanbaru, demikian pula sebaliknya.

Untuk kuliner, jujur saya agak kesulitan menemukan makanan khas Riau disini, karena ternyata hampir separoh penduduk riau merupakan perantauan dari Sumatra Barat alias orang minang sehingga restoran masakan padang menjamur dimana-mana. Sebagai kota yang perkembangannya sangat pesat dan menuju metropolitan, pun makin banyak gerai – gerai restoran branded dari luar daerah yang berada di kota Pekanbaru. Salah satu tempat wisata kuliner yang menjadi tempat favorit warga di kota Pekanbaru adalah kedai kopi Kim Teng yang banyak tersebar di sudut kota bahkan di mall-mall.

Di Dalam Museum Sang Nila Utama
Gerbang Museum Sang Nila Utama
Tempat lain yang sempat saya kunjungi yakni Museum Sang Nila Utama, museum yang menyimpan informasi mengenai kekayaan budaya melayu orang Riau. Tidak terlalu besar museumnya dan harga tiket masuknya pun sangat murah. Hanya saja waktu saya kesana sedang ada rombongan SD yang sedang study tour sehingga sangat ramai dan agak kurang nyaman. Tapi tidak apa-apa, saya jadi mendapat banyak informasi mengenai Riau. 

Arena MTQ Pekanbaru
Arena MTQ dengan berbagai replika rumah adat dari seluruh kabupaten di provinsi Riau juga patut untuk dikunjungi. Letaknya tidak begitu jauh dari Museum Sang Nila Utama. Sayang sepertinya kurang terawat padahal bangunan-bangunan yang ada sangat cantik dengan ornamen dan sentuhan lokal bergaya arsitektur rumah adat Riau. Saya mencoba masuk ke salah satu replika rumah adat, namun terkunci dan tidak ada orang yang menjaga. Sebetulnya ada tempat lain lagi yang ingin saya kunjungi yakni Stadion Olahraga utama yang digunakan untuk PON, namun letaknya agak di luar kota dan saya agak tidak paham angkot kesana sehingga saya skip.

Tempat lain yang patut juga untuk dikunjungi dan sayang untuk dilewatkan yakni Perpustakaan Umum HS Soeman yang disebut-sebut sebagai perpustakaan umum terbesar dan tercanggih di Indonesia. Dengan bangunan lima lantai dan arsitektur yang megah di tengah-tengah kota Pekanbaru, perpustakaan ini tidak saja menawarkan berbagai koleksi buku yang sangat lengkap dari berbagai ilmu, namun juga ruang bermain anak dan taman bacaan anak dengan mainan edukatifnya, ruang multimedia, ruang diskusi/rapat, ruang belajar dengan free wifi, dll. Sangat bagus dan modern. 

Bangunan Perpustakaan ini sangat besar dan mencolok tepat di seberang kantor gubernur Riau juga memudahkan orang untuk datang. Waktu saya kesana, bahkan banyak anak muda yang datang untuk membaca buku atau memanfaatkan ruang media atau ruang diskusi. Jarang-jarang sebuah perpustakaan umum bisa seramai ini. Salut saya! Dan yang paling penting dari kesemuanya itu, untuk masuk ke perpustakaan ini, mendaftar sebagai anggota, dan bahkan meminjam bukunya tidak dikenakan biaya alias gratis! Hehe.. ^_^

Bus Trans Pekanbaru di depan Kantor Gubernur Riau
Gedung DPRD Riau
Pekanbaru memang kurang dianugerahi alam yang cantik tidak seperti provinsi tetangganya sumatra barat, sehingga mencari wisata alam yang bagus di pekanbaru memang sedikit susah. Agak sedikit ke luar kota, terdapat wisata danau buatan di Rumbai  (Lembah Sari Artificial Lake), yang lumayan bagus untuk sekedar melepas penat atau yang memiliki hobi memancing. Hari terakhir di pekanbaru saya mencoba eksplore agak ke luar kota Pekanbaru termasuk ke danau buatan di Rumbai  ini yang berdekatan dengan komplek cevron. Atau bisa juga ke Kebun Binatang Kasam Kulim atau Taman Alam Mayang sekitar setengah jam dari kota Pekanbaru.


Lembah Sari Artificial Lake
Meski tidak banyak memang yang ditawarkan oleh Pekanbaru, namun tidak ada salahnya kita sedikit menengok ke kota ini barang satu atau dua hari karena justru bermula dari kota inilah, kita bisa meneruskan perjalanan ke kota–kota di sekitarnya yang justru menawarkan objek wisata yang lebih lengkap seperti kota wisata dan budaya di Siak, juga pantai-pantai di Kabupaten Kepulauan Meranti dan Bengkalis. Saya hanya menghabiskan waktu dua hari di kota Pekanbaru karena hari berikutnya saya memutuskan untuk bertolak ke kota siak dalam rangkaian perjalanan saya eksplore provinsi Riau. ^_^


Sabtu, 27 Desember 2014

REHAT SEJENAK DI JAMBI

Rumah Adat Jambi, Taman Rimba
Berbekal tiket promo super murah dari Citil*nk sebesar Rp 113ribu Jakarta-Jambi PP, jalan-jalanlah saya ke Jambi pada tanggal 14-17 November 2013 yang lalu. Sebetulnya agak sedikit nekat saya karena ketika memutuskan untuk pergi ke Jambi, saya sebetulnya kurang begitu tahu kira-kira objek wisata apa saja yang bakal saya temui selama berada di Jambi. Yang saya tahu waktu itu hanyalah candi muaro jambi dimana info mengenai wisata ke candi tersebut juga masih sangat minim. Tiket sudah di tangan dan setelah riset kesana kemari, tanya orang yang pernah ke Jambi, ternyata banyak juga tempat menarik yang patut kita kunjungi jika berkunjung ke Jambi. Saya pun memutuskan menghabiskan 3 hari 2 malam di kota Jambi. waktu yang tidak terlalu lama namun cukup untuk eksplore Jambi.

Bandara Sultan Thaha Jambi
Kantor Gubernur Jambi
Tidak jauh dari Bandara Sultan Thaha Jambi, hanya berjarak sekitar 500 meter saja dari pintu keluar bandara, terdapat Kawasan Taman Rimba dimana terdapat anjungan rumah adat dari semua kota/kabupaten se propinsi jambi, cuma sayangnya tempat ini tampak terlantar, padahal kalau dikelola dengan baik, saya yakin pasti bisa menarik banyak wisatawan. Rumah - rumah adat yang terdapat di Taman Rimba ini bagus sebetulnya dan sangat tradisonal, hanya saja kurang terawat. Padahal letaknya yang hanya sejengkal dari Bandara seharusnya bsia menjadikan tempat ini sebagai magnet bagi turis yang ingin ke Jambi. 

Selain itu di kawasan taman rimba ini juga terdapat Kebun Binatang Taman Rimba. Pada waktu saya kesini sedang ada proyek perluasan Bandara Sultan Thaha Jambi. Tidak heran kalau PT Angkasa Pura berniat menyatukan antara Bandara dengan kebun binatang yang sebelumnya memang sudah ada karena lokasinya yang sangat berdekatan. Saya sendiri tidak masuk ke kebun binatangnya karena memang kurang begitu berminat. Hanya lihat-lihat saja dari luar. hehe! 

Persewaan Sepeda di Muaro Jambi
Komplek Candi Muaro Jambi
Masuk Komplek Muaro Jambi
Salah satu objek wisata yang tidak boleh kita lewatkan jika jalan-jalan ke Jambi adalah eksplore Candi Muaro Jambi. Untuk eksplore seluruh candi yang ada di komplek candi muara takus bisa menghabiskan waktu seharian sendiri. Hari kedua di Jambi saya gunakan untuk eksplore komplek candi muaro jambi. Komplek candi yang disebut-sebut lebih besar daripada komplek candi angkor wat di Kamboja ini letaknya memang agak keluar kota dari kota Jambi sekitar 30-40 menit berkendara dari Jambi. Namun jelas candi ini sebagai tempat yang “must see” jika kita ke Jambi. Kita bisa sewa sepeda untuk keliling komplek candi yang sangat luas. Begitu masuk ke kawasan candi utama, berjejer para penyedia jasa rental sepeda. Candi-candi di dalam komplek candi muara takus sebetulnya tidak terlalu luas, hanya saja letaknya tersebar dan saling berjauhan. Butuh seharian jika ingin keliling seluruh komplek candi muara takus, praktis saya menghabiskan seharian sendiri di sini. 
Balairung Sari
Hari berikutnya, saya memutuskan untuk eksplore pusat kota Jambi saja. Banyak tempat menarik yang bisa didatangi di pusat kota. Bisa juga ke Balairung Sari yang merupakan bangunan lembaga adat melayu jambi. Waktu saya kesini beruntung sedang diadakan resepsi pernikahan khas Jambi di aulanya. Saya pun ikut menyaksikan karena penasaran dengan resepsi pernikahan khas jambi. Hehe!
Pernikahan Adat Jambi

Pernikahan Adat Jambi
Ada pula Jembatan sungai Batanghari yang membuat kota jambi terpisah menjadi pusat Kota Jambi dan Seberang kota Jambi (Sekoja). Sungai batanghari menjadi urat nadi perekonomian dan aktivitas sehari-hari warga jambi. Banyak warga yang bemukim di sekitaran sungai terutama di kota Jambi seberang.
Taman Anggrek Sri Soedewi
Menara Air
Masih di kawasan sungai batanghari, terdapat Kawasan Wisata Tanggo Rajo (penduduk setempat menyebutnya kawasan ancol) di pinggiran sungai batanghari, tempat muda-mudi kota Jambi kongkow-kongkow menjelang sore dan malam hari, tepat di depan kawasan rumah dinas gubernur Jambi. Di kawasan Tanggo Rajo ini terdapat Jembatan Gantung yang dibuat khusus untuk pejalan kaki yang ingin berwisata ke Kota Jambi Seberang (Sekoja). Namun sayang waktu saya kesana, jembatan ini masih berupa pondasinya saja dan belum selesai. Mungkin sekarang sudah jadi. Banyak warga yang sekedar duduk-duduk atau bahkan memancing di tangga rajo ini. Memang ada ikannya ya, airnya keruh begitu?? Hehe!
Gerbang Taman Anggrek Sri Soedewi 
Salah satu ikon kota Jambi yang wajib dikunjungi dan tidak boleh dilewatkan tentu saja Masjid “1000 Tiang” Al-Falah yang merupakan masjid terbesar di Kota Jambi. Disebut masjid 1000 tiang karena memang masjid ini memiliki banyak sekali tiang yang dapat langsung dilihat dari luar masjid. Takjub saya dibuatnya. Eng, saya tidak sempat menghitung jumlah tiangnya sih apakah benar ada seribu atau tidak. Hehe.:D
Masjid 1000 tiang Al Falah
Bisa juga ke Danau Sipin, danau yang bersebelahan dengan Sungai Batanghari dan tidak jauh dari pusat perkantoran provinsi Jambi walaupun menurut saya danau ini biasa-biasa saja sih. Danau yang terbentuk karena aliran sungai Batanghari yang terbendung sehingga membentuk semacam danau kecil.

Danau Sipin
Di sekitaran komplek kantor Gubernur Jambi, juga banyak tempat yang bisa dikunjungi seperti Taman Anggrek Sri Soedewi yang tepat berada di depan kantor Gubernur Jambi. Masuk taman anggrek ini untungnya gratis :).  Saya bukan penggemar anggrek sebetulnya, hanya ingin mengobati rasa penasaran saya saja. Bagi pencinta bunga anggrek, sepertinya tempat ini cocok untuk dieksplore. 
Memancing di Sungai Batanghari
Untuk kuliner khas jambi lebih mirip provinsi tetangganya seperti lempuk durian yang mirip dengan bengkulu dan pempek yang mirip sumatera selatan. Namun tetap saja rasanya beda. Salah satu pempek yang saya coba dan direkomendasikan banyak orang yakni pempek selamat yang konon sudah ada 10 outlet di Jambi. Beberapa kuliner yang lain yang sempat saya coba seperti sapo mie yang dihidangkan masih dalam keadaan sangat panas dan mie hijau. Ternyata banyak kuliner menarik juga di Jambi, tidak seperti yang saya bayangkan sebelumnya. Yummy! 
Mie HIjau dan Mie Merah

Sapo Mie
Pempek Selamat
Pancake Durian
Kota Jambi, kota yang menurut saya lumayan sepi dan kecil jika di bandingkan dengan ibukota provinsi di provinsi tetangganya seperti Pekanbaru atau Palembang, namun tetap menyimpan potensi wisata yang luar biasa seperti komplek candi muara takus yang seharusnya bisa dikelola lebih baik lagi.Pun di pusat kotanya juga banyak tempat menarik yang bisa dieksplore. Jika kalian punya waktu lebih banyak lagi, kalian bisa mampir ke kabupaten sekitarnya seperti kabupaten kerinci yang menyimpan banyak sekali wisata alam menarik atau bercengkerama dengan suku anak dalam jambi yang belum sempat saya lakukan kemarin. Lets go to Jambi! ^_^

Kamis, 25 Desember 2014

CERITA DARI PULAU LASKAR PELANGI, BELITUNG

Pantai Tanjung Tinggi, Belitung

Belitung atau penduduk setempat menyebutnya Belitong, Pulau yang dulu hanya dikenal sebagai penghasil timah belaka di buku IPS yang diajarkan di sekolah dasar, sontak menjadi semakin terkenal  karena keindahan alamnya yang luar biasa yang diperkenalkan lewat film fenomenal Laskar Pelangi. Pulau yang tadinya sepi dan mulai banyak ditinggalkan para pendatang karena hasil tambang timahnya yang semakin sedikit, mendadak menjadi ramai dikunjungi banyak orang   yang penasaran dengan alam pulau Belitung terutama pantai-pantainya yang khas dengan batuan granit raksasanya yang digambarkan dengan sangat apik dan indah lewat film laskar pelangi, tak terkecuali pun saya yang memang sudah lama ingin melihat sendiri secara langsung keindahan pantai-pantai di pulau Belitung yang sudah sangat terkenal itu.

Pantai Tanjung Binga
Pantai Tanjung Kelayang
Persimpangan Tugu Santan
Berbekal tiket super promo dari Citil*nk Jakarta-Belitung Rp. 113 ribu PP melanconglah saya ke Pulau Belitung selama 4 hari 3 malam pada tanggal 14-18 Oktober 2013. And geuss what? Belitung is a truly paradise for beach lover! Banyak pantai cantik dengan ombak yang sangat tenang disini.  Berhubung saya menyewa sepeda motor sendiri, saya pun berkesempatan menjelajahi sendiri Pulau Belitung dan menemukan banyak sekali hidden beach yang bahkan masih belum terjamah tangan manusia atau jarang sekali diketahui oleh orang-orang di beberapa sudut Pulau Belitung. Masih banyak pantai-pantai tersembunyi di sisi Tenggara dan Selatan Pulau Belitung yang jauh dari hiruk pikuk turis.
Tanjung Tinggi

Tanjung Tinggi
Tanjung Tinggi

Beruntung cuaca sangat cerah dan tidak hujan padahal sudah memasuki bulan oktober waktu itu. Hanya saja kendala ada di sulitnya mencari bensin. Entah mengapa SPBU di Belitung selalu kehabisan bensin dan diborong pembeli sepeda motor yang membeli dengan jirigen besar kemudian dijual eceran lagi. Jika kita hendak bepergian, pastikan bensin selalu full karena akan sangat sulit menemukan SPBU di jalan, kalaupun ada bensin eceran harganya bisa dua kali lipat. Saya sendiri memutuskan menginap selama 3 malam di pusat kota Tanjung Pandan, tepatnya di hotel surya yang letaknya hanya 100 m dari persimpangan tugu intan. Sangat nyaman dan murah sekali, hanya Rp 90 ribu berdua sudah termasuk sarapan berupa telur rebus dan teh manis. Hehe!

Santai di Pantai
Hari pertama di Belitung saya gunakan untuk eksplore pantai-pantai terkenal di sisi utara. Menyusuri jalan pinggiran pantai lurus terus ke utara menuju ke pantai Pantai Tanjung Binga, Tanjung Kelayang dan Tanjung Tinggi. Petunjuk jalan sangat jelas dan jalanan di belitung sangat mulus jadi sangat nyaman sekali jika kita memutuskan eksplore pulau belitung dengan menyewa kendaraan sendiri.
Museum Badau
Pantai Tanjung Binga letaknya hanya setengah jam saja dari kota Tanjung Pandan, merupakan pantai nelayan dengan banyak kapal nelayan yang bersandar. Dua pantai lain yang terkenal dan sempat menjadi lokasi syuting film laskar pelangi yakni pantai tanjung kelayang dan pantai tanjung tinggi. Waktu saya sampai Tanjung Kelayang sudah agak siang. Tanjung Kelayang ini merupakan titik penyeberangan bagi yang mau melanjutkan ke pulau lengkuas dan pulau babi, namun harus rombongan. Kalaupun sendiri atau jumlahnya sedikit bisa digabung sama kelompok lain agar sewa kapalnya murah.

Pantai Bukit Batu
Pantai Tanjung Tinggi terletak sekitar setengah jam dari pantai tanjung kelayang. Tipikal pantai dengan batu-batuan granit raksasa dan air yang tenang dengan warna biru muda yang jernih membuat siapapun yang datang tidak akan tahan untuk tidak berenang. Berenang di pantai tanjung tinggi sangat menyenangkan. Air yang tidak begitu dalam dan nyaris tanpa ombak, jika capek pun bisa bersandar dan duduk di batu-batu yang tersebar di sekitaran pantai.

Pantai Sendang
Pantai Punai
Menghabiskan malam di belitung saya gunakan untuk wisata kuliner. Beberapa diantaranya yang menurut saya enak dan saya rekomendasikan yaitu Mie Atep Belitung dan RM belitong tempo dulu. Bisa juga mencoba warung kopi ake dan soto belitong di pasar tanjung pandan. Di RM belitong tempo dulu, banyak dipajang foto-foto dan interior ditata sedemikian rupa sehingga benar-benar mencerminkan belitung tempo dulu. Menu andalannya ikan lempah kuning yang disajikan di dalam buah kelapa yang sudah dibelah. Hmm, yummy ^_^

Hari kedua, pagi-pagi sekali saya sudah siap-siap menuju belitung timur yang berjarak sekitar 3 jam. Tujuan saya ke kota Manggar, tempat SD Muhammadiyah, SD laskar pelangi yang mendadak kondang karena film laskar pelangi itu. Saya menyusuri jalan melewati Bandara ke arah utara. Sebelum Sampai ke kota Manggar banyak sekali pantai-pantai cantik, sepi, dan jauh dari hiruk pikuk orang di sekitaran kecamatan kelapa kampit, belitung timur. Beberapa pantai-pantai yang sempat saya singgahi diantaranya Pantai Sengaran, Burung Mandi, Sendang, Samak, Punai, Nyiur Melambai, Pantai Batu Lalang, dan Pantai Bukit Batu. Beberapa pantai yang menurut saya lumayan bagus yaitu pantai burung mandi dan pantai bukit batu. Pantai burung mandi merupakan pantai dengan hamparan pasir putih yang sangat luas sejauh mata memandang sedangkan pantai bukit batu merupakan pantai berbatu dengan pemandangan yang sangat cantik.

SD Laskar Pelangi
Sampai kota Manggar hari sudah sangat siang menjelang sore. Sebelum masuk kota Manggar, terdapat Vihara Dewi Kuan In yang sayang jika dilewatkan. Kota Manggar merupakan kota seribu warung kopi. Ya, banyak sekali warung kopi berjejer di kota ini terutama di sepanjang Jalan Lipat Kajang, ada salah satu warung kopi yang sangat terkenal yakni warkop atet. Warkop atet ini sempat menjadi lokasi syuting laskar pelangi juga. Saya pun sempat berfoto-foto dengan ownernya. (halah :D)
Pantai Burung Mandi
Setelah mengisi perut, saya pun tidak berlama–lama untuk mencari SD Laskar Pelangi di Desa Selingsing, Gantong. Agak jauh ternyata lokasi SD-nya dari pusat kota Manggar dan saya pun sampai harus bertanya berkali-kali kepada warga. Usut punya usut ternyata SD Laskar pelangi yang asli sudah dibongkar dan dibangun SD baru yang lebih bagus, sedangkan SD laskar pelangi yang sering dijadikan objek foto oleh wisatawan hanyalah replika SD Laskar Pelangi yang ada sebelumnya.  Pulau Belitung memang terkenal dengan wisata “laskar pelangi”-nya dan hal ini disadari betul oleh pemda Belitung Timur yang akhirnya dapat mengelola beberapa lokasi syuting film laskar pelangi menjadi objek wisata yang sangat menarik seperti museum kata Andrea Hirata, SD Muhammadiyah (SD Laskar Pelangi), warung kopi atet, dll.

Pantai Batu Lalang
Hari ketiga di pulau Belitung saya putuskan untuk eksplore kawasan Belitung Selatan tepatnya di Kecamatan Membalong, sekitar 2 jam dari Tanjung Pandan. Tujuan utama saya ke pantai tanjung gembira dan bukit batu baginde. Sayang, di hari ketiga ini saya diguyur hujan deras sehingga saya harus berhenti berkali-kali sampai hujan agak reda sebelum melanjutkan perjalanan kembali. Perjalanan pun menjadi semakin lama. Ternyata pantainya menurut saya biasa saja. Bukan pantai dengan pasir putih yang luas. Namun pantai-pantai disini sangat sepi dan nyaris tanpa pengunjung, serasa pantai milik sendiri. Hehe!

Warkop Atet Manggar
Vihara Dewi Kwan Im, Manggar
Hari terakhir di Pulau Belitung sebelum bertolak kembali ke Jakarta, saya habiskan disekitaran kota Tanjung Pandan saja. Menikmati sunrise di kawah bekas tambang kaolin dengan pemandangan yang sulit dilukiskan dengan kata-kata. Ya saya paham bahwa pemandangan yang ada di hadapan saya terjadi karena kerusakan lingkungan akibat tambang kaolin dan timah. Mampir ke beberapa museum seperti Museum Timah, museum geologi, dan museum badau. Museum Badau sendiri letaknya agak keluar kota sekitar setengah jam berkendara karena berada di kecamatan badau. Kemudian menikmati sunset di Pantai Tanjung Gelam.

RM Belitong Tempo Dulu
Kawah Kaolin
Meski sudah cukup terkenal sebagai tujuan wisata favorit di kalangan turis domestik, tapi belum bagi turis mancanegara. Saya masih sangat jarang melihat turis luar negeri berkunjung ke Pulau Belitung dan bahkan jumlahnya dapat dihitung dengan jari. Padahal lokasi pulau Belitung relatif lebih dekat dr Jakarta dibandingkan dengan ke Pulau Bali atau Pulau Lombok misalnya yang memang sudah penuh sesak oleh turis luar negeri. Sangat disayangkan! Lewat foto-foto ini dan sedikit cerita dari saya ini, saya berharap makin banyak orang yang datang ke Pulau Belitung, merasakan sendiri secara langsung indahnya Pulau Belitung. Ayo, pada datang ke Belitung !! ^_^