Sabtu, 14 Februari 2015

MINANG TRIP DAY 8 & DAY 9 - SAWAHLUNTO

Beberapa tahun silam, kota Sawahlunto tidak banyak dikenal orang. Kota yang bahkan mulai ditinggalkan penduduknya yang kebanyakan bekerja sebagai penambang batubara karena hasil dari tambang batubara yang terus menurun. Namun kini, kota Sawahlunto dapat menyulap diri menjadi salah satu tujuan wisata favorit di Sumatra Barat. Dengan mengusung konsep kota wisata tambang, bekas tambang batubara yang sudah terlantar pun bisa diubah menjadi tempat tujuan wisata yang menarik. Salut buat pemerintah kota Sawahlunto.
Masuk kota Sawahlunto

Sehari sebelumnya saya eksplore kota Painan terlebih dahulu kemudian mampir sejenak di kota Padang untuk kemudian melanjutkan perjalanan kembali ke kota Sawahlunto. Perjalanan saya waktu eksplore kota Painan dapat dilihat di postingan saya sebelumnya di sini : http://www.aufasidix.blogspot.com/2015/02/minang-trip-day-6-day-7-painan-pesisir.html
Gereja di Sawahlunto
PT Bukit Asam, Sawahlunto
Perjalanan saya ke sawahlunto dari kota Padang memakan waktu sekitar 3 jam melewati kota Solok. Kota Sawahlunto sendiri berbentuk seperti periuk raksasa dimana untuk masuk ke kota ini, kita harus menuruni jalan yang menurun secara melingkar terus – menerus sampai ke pusat kota Sawahlunto yang berada di bawah. Banyak sekali tempat wisata menarik yang bisa didatangi di kota tambang ini sehingga saya memutuskan untuk menghabiskan 2 hari 1 malam di Sawahlunto.

Memutuskan bermalam di kota Sawahlunto berarti harus menentukan dimana tempat yang nyaman buat bermalam? Apakah kota sekecil ini sudah mempunyai hotel? Pemerintah kota Sawahlunto menyadari bahwa kotanya tidak mempunya banyak hotel namun sudah mulai banyak turis berdatangan sehingga pemerintah kota Sawahlunto pun bekerjasama dengan warga untuk menyediakan homestay bagi wisatawan. Saya termasuk yang diuntungkan dengan banyaknya homestay yang tersebar di berbagai sudut kota ini, pun akhirnya saya memilih menginap di homestay yang berada tidak jauh dari lokasi tambang batubara mbah suro. Biaya menginap standar sekitar 150-200ribu untuk dua orang termasuk sarapan, namun jika sendirian bisa dinegosiasikan sama pemilik homestaynya. Memilih menginap di homestay kepunyaan warga lokal sekaligus bisa berbaur dan melihat langsung aktivitas penduduk lokal.

Stasiun Sawahlunto
Masjid Sawahlunto
Pasar Sawahlunto
Salah satu wisata utama di Sawahlunto adalah kereta wisata “Mak Itam” yang dulu sering digunakan untuk mengangkut hasil batubara ke kota Padang dan sempat tidak beroperasi namun kini dihidupkan kembali sebagai kereta wisata. Sayang waktu itu keretanya sedang dalam perbaikan sehingga saya tidak bisa mencoba sensasi menaiki kereta pengangkut batubara ini. Di stasiun Sawahlunto juga terdapat museum Kereta Api dimana kita bisa belajar dan mengetahui bagaimana dulu hasil tambang batubara dari Sawahlunto diangkut ke kota Padang pada zaman penjajahan Belanda.

Kawasan kota tuanya pun ditata dengan sedemikian cantik.  Kota kecil dan masih dalam walking distance.  Ada Gondam Ransum, yakni bekas dapur raksasa pada waktu orang jawa dibawa kesini untuk dijadikan budak dan dipaksa bekerja di tambang batubara. Orang – orang ini lah yang disebut dengan “Manusia Rantai”, karena ketika mengangkut hasil tambang mereka dirantai satu dengan lain agar tidak bisa kabur. Tidak heran di kota ini sebetulnya banyak sekali warga keturunan jawa namun mungkin sudah tidak fasih lagi bahasa jawa, namun dengan bahasa “campuran” minang jawa yang menjadi bahasa yang unik. Bahkan ada kamusnya tersendiri untuk bahasa unik ini. Bahasa jawa bukan, bahasa minang pun bukan.  Penasaran??


Gondam Ransum

Gondam Ransum
Menghabiskan malam di kota Sawahlunto ternyata sangat mengasyikkan. Bisa kulineran di taman di depan kantor bukit asam atau menonton film di bioskop 4D. Ya, siapa sangka kalau ternyata di kota sekecil ini terdapat bioskop yang menampilkan film 4D seperti wahana film 4D di dunia fantasi Jakarta. Seru! Jalan kaki di kawasan downtown pun sangat menyenangkan, hanya saja jika sudah lewat jam 10 malam mungkin jalanan sudah sepi dan tidak terlalu ramai.


Habis Nonton Film 4D :)
Keesokan paginya, pagi-pagi sekali saya memutuskan untuk pergi ke Puncak Polan, sebuah puncak yang berada di atas sebuah bukit dan bisa melihat pemandangan kota sawahlunto dari atas. Niat awal sih ingin melihat sunrise dari atas puncak ini, apa daya waktu itu sedang dalam kondisi berkabut tebal. Di Puncak pun tidak kelihatan apa-apa.

Night Market
Sebelum berkemas dan meninggalkan kota Sawahlunto, saya memutuskan untuk mencoba wisata tambang dan masuk ke lokasi tambang batubara terkenal “mbah suro” karena letaknya yang di depan homestay saya. Awalnya sempat ragu, apakah lokasi tambang ini aman, dan mengingat cerita mengenai zaman perbudakan terhadap pekerja di tambang ini hampir mengurungkan niat saya. Namun ternyata untuk masuk ke dalam tambang batu bara, ada guide khusus yang menemani dan harus memakai peralatan khusus (topi dan senter). Kita pun diajak berdoa dulu sebelum masuk tambang. Sayang tidak boleh foto-foto di dalam tambang, namun sensasi berada di kedalaman dan kegelapan tambang sangat luar biasa dan sulit dilukiskan dengan kata-kata. Guide yang menemani saya bahkan pernah cerita pernah ada seorang pengunjung yang tiba-tiba langsung menangis ketika berada di dalam. Wallahu alam!

Siap-siap masuk lubang tambang mbah suro
Bekas Tambang Batubara Mbah Suro
Sawahlunto, kota kecil yang tenang namun bikin betah siapapun yang datang kesana karena suasananya yang tenang dan tentram. Jika memutuskan untuk wisata ke kota Sawahlunto, pasatikan menginaplah  minimal semalam. Trust me! :)

Jumat, 13 Februari 2015

MINANG TRIP DAY 6 & DAY 7 - PAINAN PESISIR SELATAN

Pemandangan dari puncak bukit mandeh, Pesisir Selatan
Ini merupakan lanjutan cerita saya sebelumnya pada waktu explore seluruh kota/kabupaten di ranah minang setelah sebelumnya saya sempat eksplore kota Padang Pariaman dan kemudian mampir sebentar di kota Padang kemudian lanjut ke kota Painan di Kabupaten Pesisir Selatan.

Cerita saya sebelumnya pada waktu eksplore kota Padang Pariaman dapat dilihat disini : http://www.aufasidix.blogspot.com/2015/02/minang-trip-day-5-padang-pariaman.html


Kota Painan, ibukota Kabupaten Pesisir Selatan, di Sumatra Barat terkadang sering terlupakan dari destinasi wisata favorit para wisatawan yang melancong ke Ranah Minang. Selama ini jalur wisata Sumatera Barat didominasi pada bagian utara, seperti rute Padang-Bukittinggi-Batusangkar-Payakumbuh atau jalur Padang-Pariaman-Lubuk Basung-Maninjau, ditambah satu jalur timur yang masih belum banyak dikunjungi, yakni rute menuju wisata tambang Kota Sawahlunto melewati kota solok. Sedangkan rute ke Selatan yaitu ke kota Painan jarang sekali dikunjungi. Padahal potensi wisata daerah ini tak kalah bagus dibanding bagian lain di Sumatera Barat. Bahkan bisa dibilang, objek-objek wisata di daerah ini bisa dikatakan lebih asri dan masih belum banyak dijamah oleh tangan manusia. Untuk menuju ke Painan dari kota Padang, harus melewati jalur teluk bayur dan pantai bungus di selatan kota Padang. Jalur ini merupakan satu-satunya jalur untuk mencapai daerah Painan. Artinya, untuk ke Painan, kita memang harus betul-betul berniat ke Painan.

Ikan Larangan
Pondok Ikan Larangan
Banyak tempat menarik di sepanjang jalan menuju kota Painan yang berjarak kurang lebih 2 jam perjalanan darat dari kota Padang ke arah Selatan. Di kecamatan Tarusan ada pondok ikan larangan, dimana ikan larangan yang tambak besar-besar dan bergerombol dalam jumlah banyak tersebut banyak terlihat dari permukaan sungai yang mengalir namun tidak boleh diambil. Saya memutuskan untuk mampir sebentar di pondok ikan larangan ini yang letaknya tepat di samping jalan Padang-Painan. Sambil istirahat sejenak dan memberi makan ikan larangan di permukaan sungai dari atas pondok. Seru!

Persawahan di Pesisir Selatan
Pemandangan Pulau Cubadak dari Bukit Mandeh
Ada bukit mandeh dimana dari atas bukit ini kita bisa leluasa melihat pemandangan laut lepas dengan latar belakang pulau cubadak. Dari jalan raya Padang-Painan masih masuk ke dalam sekitar 5 km melewati persawahan penduduk dengan kerbau dan sekumpulan burung kuntul yang mengelilinginya. Tidak butuh waktu lama untuk menuju puncak bukit mandeh. Jalan beraspal dengan sedikit bergelombang sepanjang jalan menuju puncak bukit. Indah sekali pemandangan dari atas. Apalagi waktu itu cuaca sangat cerah dan nyaris tidak berawan. Bukit mandeh ini kalau dalam bahasa minang artinya bukit ibu. Entah apa maksudnya.

Pantai Nelayan di Pesisir Selatan

Jembatan Gantung dari Kayu

Sepanjang perjalanan ke arah kota Painan pun kita akan menyusuri jalan pinggir laut sehingga banyak pantai-pantai cantik yang sayang untuk dilewatkan. Sempat mampir ke beberapa pantai dan desa nelayan yang jaraknya hanya sejengkal saja dari jalan raya.  Sebelum sampai kota Painan, tepatnya sekitar 17 km sebelum kota Painan, ada jembatan akar yang telah berusia ratusan tahun. Jembatan akar ini pulalah yang menjadi ikon wisata kabupaten Pesisir Selatan dan wajib untuk dikunjungi. Agak jauh masuk ke dalam dari Jalan utama, jembatan akar ini begitu kokoh membelit satu sama lain sehingga membentuk sebuah jembatan yang hingga kini masih sering dilalui orang lewat di atasnya. Terkahir kali saya menjumpai jembatan akar sejenis berada di pedalaman suku baduy dalam di kanekes, Lebak, Banten.

Aktivitas Parasailing di Puncak Langkisau, Painan
Di Kota Painan sendiri terdapat banyak tempat menarik yang sempat saya kunjungi diantaranya pantai carocok yang berada tepat di kota Painan tidak jauh dari pusat kota yang merupakan tipikal pantai kota yang sering dikunjungi warga di sore hari. Sembari melihat berbagai aktivitas warga, bisa mencoba warung – warung yang menjual aneka seafood di pinggir pantai.

Kantor Bupati Pesisir 
Tempat menarik lainnya yang sempat saya kunjungi yakni puncak langkisau. Puncak bukit yang berada tepat di pinggir pantai dimana naiknya tidak jauh dari pantai carocok. Nah, dari puncak langkisau ini, kita bisa melihat pemandangan lepas pantai kota Painan. Di puncak langkisau ini pulalah, sering diadakan aktivitas olahraga gantole dan parasailing.  Dan kebetulan sekali pada waktu saya kesini, menjelang matahari terbenam dan ada beberapa aktivitas parasailing yang menarik sekali untuk dilihat. Setahu saya hanya ada tiga tempat parasailing yang dibuka untuk umum yakni di puncak bogor, di kota Batu, dan di kota Painan ini. Bedanya, parasailing di kota Painan ini, tepatnya di atas puncak langkisau langsung menghadap ke laut, sehingga menimbulkan sensasi yang luar biasa.
Air Terjun Timbulun

Pesta Durian Painan :)
Masih di kawasan kota Painan, terdapat air terjun timbulun. Air terjun berundak dengan air yang tidak begitu deras namun sangat tinggi dan  asyik buat berenang atau mandi di kolam di bawahnya. Waktu saya kesana hari sudah cukup sore dan banyak warga sekitar yang ikutan mandi di air terjun ini. Malam di Painan saya habiskan dengan berburu durian. Hehe! Kota Painan dan Kabupaten Pesisir Selatan memang indah. Masih banyak wisata alam yang masih sangat asri disini. Sudah seharusnya jika kita jalan-jalan ke ranah minang, kota Painan dan Kabupaten Pesisir Selatan dimasukkan dalam list tempat yang wajib untuk dikunjungi.  

Kamis, 12 Februari 2015

MINANG TRIP DAY 5 - PADANG PARIAMAN

Setelah sehari sebelumnya saya eksplore kota Payakumbuh dengan lembah haraunya, kemudian saya memutuskan kembali ke kota Padang untuk menginap semalam dan melanjutkan perjalanan lagi ke kota Padang Pariaman yang berjarak sekitar 2,5 jam saja dari kota Padang.

Perjalanan hari sebelumnya di kota Payakumbuh dan Lembah Harau dapat dilihat disini : http://aufasidix.blogspot.com/2015/02/minang-trip-day-3-payakumbuh-dan-lima.html


Pantai Gondoria, Pariaman
Kota Padang Pariaman dapat dicapai dengan menggunakan kereta dari kota Padang sebelum bertolak kembali ke Jakarta. Sebetulnya saya ingin menggunakan transportasi kereta api dari kota Padang namun sayang jadwalnya tidak ada yang pagi sehingga saya memutuskan naik angkutan umum semacam elf dari depan Universitas Negeri Padang yang memakan waktu sekitar 2,5 jam perjalanan ke kota Pariaman, namun baliknya ke kota Padang menggunakan kereta.

Para Penjaja Makanan di Sepanjang Pantai Gondoria
Elf kota Padang-Pariaman tidak masuk ke dalam kota Pariaman sehingga untuk melanjutkan perjalanan ke pusat kota Pariaman bisa menggunakan jasa ojek. Pemberhentian pertama saya di pantai gondoria yang letaknya di pusat kota Pariaman dan tepat di samping stasiun pariaman. Tipikal pantai perkotaan yang ramai oleh turis :). Pantainya sangat panjang dan disepanjang pantai berjejer penjaja makanan.
Sate Padang Pariaman

Nasi Sek khas Pariaman
Salah satu kuliner khas Pariaman yang wajib dicoba jika di kota Pariaman dan banyak dijumpai di sepanjang Pantai gondoria adalah Nasi Sek. Saya melihat nasi sek ini biasa saja seperti nasi campur, entahlah atau lidah saya yang tidak bisa membedakan ya :).

Pasar Pariaman
Kawasan pusat kotanya sendiri cukup kecil menurut saya dan tidak terlalu ramai. Ada sebuah taman cantik yang terletak tidak jauh dari  pasar Pariaman, yakni taman Lapangan Merdeka. Sayang waktu itu mendadak hujan sangat deras sehingga saya tidak bisa berlama–lama duduk di taman ini. Taman ini pun letaknya tidak jauh dari Stasiun Pariaman. Sehingga setelah dari Pantai gondoria bisa dengan jalan kaki saja untuk menuju taman ini dengan terlebih dahulu melewati pasar.

Lapangan Merdeka, Pariaman
Stasiun Pariaman
Setengah hari saja saya berada di kota Pariaman. Sore saya harus kembali ke kota Padang karena saya sudah harus kembali ke Jakarta. Saya memutuskan naik kereta dari Pariaman ke kota Padang. Keretanya sangat murah dan mirip kereta ekonomi yang berada di jawa namun tanpa AC waktu itu. Sayang jadwal keretanya setelah magrib sehingga praktis saya menghabiskan malam di jalan padahal saya penasaran dengan pemandangan sepanjang perjalanan dengan kereta. Kota Pariaman, tidak banyak dijadikan tujuan wisata di Sumatera Barat, tapi tidak ada salahnya jika ada waktu lebih untuk mampir di kota ini. Selalu banyak tempat dan aktivitas menarik yang dapat dilakukan jika kita memutuskan untuk jalan-jalan ke ranah minang.

Hari berikutnya saya kembali ke kota Padang untuk melanjutkan perjalanan kembali ke kota Painan di Pesisir Selatan. Cerita saya berikutnya di kota Painan, Pesisir Selatan, dapat dilihat disini : http://www.aufasidix.blogspot.com/2015/02/minang-trip-day-6-day-7-painan-pesisir.html

Rabu, 11 Februari 2015

MINANG TRIP DAY 4 - PAYAKUMBUH DAN LIMA PULUH KOTA

Lembah harau, gugusan bukit-bukit karst / ngarai setinggi antara 100-200 meter yang menjulang ke atas dan berjejeran membentuk tebing-tebing tinggi, berada di Kabupaten Lima Puluh Kota. Untuk menuju lembah harau dari arah Padang, kita harus ke kota Payakumbuh dahulu sekitar 1 jam dari Bukittinggi. Perjalanan saya ke Payakumbuh sendiri ditempuh selama kurang lebih 1,5 jam naik elf antar kota dari kota Batusangkar.


Lembah Harau
Kota kelima yang saya datangi setelah sebelumnya explore kota Padang, Padang Panjang, Bukittinggi, dan terakhir kota Batusangkar / Tanah Datar.


Cerita saya hari sebelumnya di kota Batusangkar dan Kabupaten Tanah Datar dapat dilihat disini : http://www.aufasidix.blogspot.com/2015/02/minang-trip-day-2-batusangkar-dan-tanah.html


Untuk menuju lembah harau sendiri dari kota Payakumbuh masih dibutuhkan waktu sekitar setengah jam perjalanan lagi dengan menggunakan angkot payakumbuh-harau dan turun di sebuah pasar, tepat sebelum masuk ke objek wisata lembah harau. Kawasan lembah harau ini sangat luas. Dari pintu masuk untuk menuju tebing pertama sendiri masih harus masuk sekitar 2-3 km ke dalam. Sehingga jika waktu kita tidak banyak akan sangat disarankan untuk menyewa kendaraan untuk mengelilingi kawasan lembah harau yang sangat luas kecuali jika kita memutuskan untuk camping disini. Saya sendiri memutuskan untuk menyewa semacam betor (becak motor) yang banyak berada di pasar sebelum pintu masuk lembah harau.

Menuju Lembah Harau
Masjid di Lembah Harau
Air Terjun Lembah Harau
Di Lembah Harau terdapat sedikitnya 5 air terjun dengan ketinggian yang bervariasi satu sama lain. Namun sayangnya, waktu saya kesana air terjunnya agak surut dan kurang deras airnya. Entah apakah karena debit airnya memang kecil segitu atau memang sedang surut saja, sementara itu antar air terjun jaraknya saling berjauhan. mbah Harau juga sering dipakai buat aktivitas panjat tebing dan camping di sekitar ngarai.

Kantor Bupati Lima Puluh Kota
Di Perjalanan pulang dari lembah harau kembali ke kota Payakumbuh, saya sempat mengabadikan pernikahan khas minang yang kebetulan lewat di depan saya. Menarik ternyata melihat langsung upacara pernikahan khas minangkabau langsung di tanah minang. Hehe! Meskipun, perjalanan saya ke lembah harau sangat singkat, hanya sekitar setengah hari saja sebelum melanjutkan perjalanan lagi kembali ke kota Padang untuk melanjutkan perjalanan ke kota Painan, kota lain di ranah Minang, namun lumayan cukup mengobati rasa penasaran saya akan keindahan lembah harau yang selama ini hanya saya dengar saja. ^_^

Hari berikutnya saya kembali ke Padang, untuk beristirahat dan melanjutkan perjalanan kembali ke kota berikutnya di ranah minang, yakni kota Padang Pariaman.

Senin, 09 Februari 2015

MINANG TRIP DAY 2 & DAY 3 - BATUSANGKAR DAN TANAH DATAR

Istana Pagaruyung, Batusangkar
Hari kedua di ranah Minang setelah sebelumnya eksplore kota Bukittinggi, saya memutuskan untuk melanjutkan perjalanan ke Kota Batusangkar, ibukota Kabupaten Tanah Datar yang hanya 1,5 jam saja perjalanan darat dari kota Bukittinggi, namun justru di kota inilah, kebudayaan minang masih sangat kental sekali.

Cerita saya pada waktu eksplore ranah minang di kota Bukittinggi dapat dilihat di sini : http://www.aufasidix.blogspot.com/2015/02/minang-trip-day-1-bukittinggi.html

Jika kita ingin menyelami kebudayaan minang dengan lebih mendalam, memang Kabupaten Tanah Datar ini menjadi salah satu tempat yang wajib dikunjungi. Masih banyak desa-desa dengan rumah gadangnya yang khas. Rumah Gadang yang berusia ratusan tahun pun masih banyak dijumpai disini. Menakjubkan!

Komplek Istana Pagaruyung, Batusangkar
Komplek Istana Pagaruyung, Batusangkar
Tidak Heran jika bentuk bangunan Bandara Internasional Minangkabau yang berada di kota Padang meniru Istana Pagaruyung yang berada di kota Batusangkar. Melihat langsung Istana Pagaruyung yang megah dan luas dari dekat sungguh pengalaman yang luar biasa. Perlu diketahui bahwa istana pagaruyung yang sekarang berada di batusangkar sudah merupakan istana yang dibangun ke sekian kalinya akibat istana yang sebelumnya terbakar.

Selain ke komplek istana pagaruyung, banyak juga desa-desa adat dengan rumah gadangnya yang khas di kabupaten Tanah Datar yang sempat saya kunjungi seperti Desa Adat Pariangan, dan Rumoh Tuo Kampai Nan Panjang yang telah dijadikan cagar budaya. Di Desa adat Pariangan, selain menikmati desa asli khas minang dengan rumah gadangnya, kita juga bisa menikmati mandi air panas di sini secara gratis karena ternyata lokasinya dekat dengan sumber mata air panas. Asyik!

Masjid Desa Adat Pariangan
Desa Adat Pariangan
Namun sayangnya pada waktu saya ke desa Pariangan, saya tidak bisa menikmati pertunjukkan pacu jawi, karapan sapi khas Minang, karena jadwalnya yang tidak pas. Jika saya seminggu lagi lebih lama di sana, saya pasti bisa menonton Pacu Jawi tersebut. Padahal sedang dipersiapkan segala sesuatunya untuk persiapan event tahunan itu di Kabupaten Tanah Datar dimana tahun ini diadakan di desa Pariangan dan kebetulan saya baru tahu mengenai event pacu jawi  ini ketika disana. Ah, tapi sudahlah, lain waktu pasti ada lagi. Hehe!

Prasasti Adityawarman
Situs Makam Tantejo Gurhano


Gunung Merapi dari Kejauhan

Kuliner Kopi Kawa
Selain desa Pariangan, terdapat desa adat lainnya dengan rumah gadang berumur ratusan tahun yakni Rumoh Tuo Kampai Nan Panjang. Rumah ini bahkan masih dihuni keturunan dari pemilik pertama. Saya sempat masuk. Agak khawatir kalau pondasi bangunan sudah rapuh atau tidak kuat karena dibuat menjadi semacam rumah panggung yang harus naik tangga dulu untuk masuk ke dalam rumah. Di dalam Rumoh Tuo Kampai Nan Panjang, bentuk bangunan dan ruangan atau bilik kamarnya masih sangat asli.

Rumah Tuo Kampai Nan Panjang
Di Dalam Rumah Tuo Kampai Nan Panjang
Danau Singkarak
Saya pun sempat mampir ke Danau Singkarak, danau terbesar kedua di Sumatera Barat setelah danau Maninjau. Sebetulnya danau Singkarak terletak di beberapa kabupaten seperti solok dan padang panjang, namun saya ke bagian danau singkarak yang berada di kabupaten tanah datar. Dan tahukah kalian bahwa di danau ini ada ikan yang sangat khas yang katanya hanya bisa hidup di danau ini yaitu Ikan Bilih, yang hanya ada di danau Singkarak dan banyak dijual di sepanjang jalan danau singkarak. Wow! Kuliner lain di Batu Sangkar yang sempat saya coba yaitu Kopi Kawa Daun, semacam kopi dan susu yang dicampur dengan telur dan disajikan dalam tempurung kelapa. Rasanya seperti apa? Silahkan datang ke sini dan cobain sendiri. ^_^

Hari berikutnya, saya memutuskan untuk melanjutkan perjalanan ke kota Payakumbuh untuk menikmati keindahan lembah harau. Cerita saya hari berikutnya di Payakumbuh dan Lembah Harau dapat dilihat disini : http://www.aufasidix.blogspot.com/2015/02/minang-trip-day-3-payakumbuh-dan-lima.html