|
Yangon City View |
Myanmar, negara yang dulu
terkenal tertutup karena krisis politik yang berkepanjangan tapi sudah mulai
terbuka terhadap pendatang tahun-tahun belakangan ini memang sangat eksotik.
Disebut sebagai The Golden Land,
karena ribuan pagoda cantik yang tersebar di hampir seluruh pelosok negeri. Gampang
sekali mengemukan pagoda untuk beribadat umat budha di Myanmar ini karena
memang lebih dari 90% masyarakat Myanmar menganut agama budha. Di tiap sudut
jalan hampir bisa dipastikan ada pagoda. Bahkan hotel saya menginap di Yangon
(Orang lokal menyebut Yangon dengan lafal yang mirip-mirip kata “Yangko”),
Ibukota Myanmar, bersebalahan dengan pagoda cantik. Selama seminggu saya di
Myanmar pun rasanya masih kurang untuk eksplore seluruh pelosok Myanmar.
|
Kuliner khas Myanmar |
Culture shock yang pertama
kali saya temui begitu menginjakkan kaki di Myanmar tepatnya di ibukota Yangon
sebagai pintu gerbang masuk ke Myanmar ialah
taxi bandara yang posisi sopirnya di sebelah kanan padahal mobilnya jalan
di sebelah kanan. Meskipun kendaraan di Myanmar berkendara di sisi kanan jalan,
namun mayoritas mobil – mobil di Myanmar memiliki letak kemudi di sebelah kanan
pula. Wah! Ngeri-ngeri sedap jika
kita duduk di samping sopir dan mobil melaju dengan kencang.
Hal- hal unik lain yang saya
temui selama di Yangon dan dimanapun kita berada selama di Myanmar yakni
kegemaran laki-laki myanmar mengunyah sirih. Bahkan bisa dibilang tiada hari
tanpa mengunyah sirih bagi mayoritas laki-laki Myanmar. Sopir taxi yang saya tumpangi pun selalu
mengunyah sirih kapanpun dan meludah dimanapun :). Maksudnya meludah dimanapun
ini, misalnya ketika sedang naik taxi dan berhenti di lampu merah, sang sopir bisa kemudian membuka kaca mobil
dan meludah keluar. Ehm, mudah-mudah2an sih tidak mengenai orang. Lol! Sepertinya
sirih lebih terkenal dibanding rokok di Myanmar. Hampir semua laki-laki dewasa
Myanmar mengunyah sirih. Agak jarang saya melihat orang merokok di Myanmar
kecuali mungkin anak-anak muda yang mulai terpengaruh budaya luar, sedangkan
bapak-bapak masih lebih suka mengunyah sirih.
|
Memakai Longyi |
Long Yi atau biasa kita sebut sarung
jika di Indonesia pun sangat lumrah dipakai oleh laki-laki Myanmar dimanapun
dan kapanpun. Dimanapun karena saya biasa melihat laki-laki myanmar mengenakan
“sarung” di jalan-jalan, di mall, atau bahkan ke sekolah. Sepertinya celana
jeans kurang laku disini. Saya pun iseng mencoba memakai longyi yang ternyata
cara mengenakannya pun cukup ribet bagi yang belum terbiasa dan tidak seperti
mengenakan sarung biasa seperti di Indonesia meskipun penampakan longyi
tersebut tidak berbeda dengan sarung pada umumnya sampai-sampai saya harus
meminta bantuan orang untuk mengajari saya cara yang benar mengenakan longyi. hehe
Wanita Myanmar pun terlihat
selalu memakai Thanaka / bedak muka yang tebal-tebal kemanapun. Tebal disini
maksudnya tidak sekedar berdandan “menor” seperti kebanyakan wanita modis di
kota-kota besar, namun terdapat perbedaan yang jelas antara muka yang dikasih
thanaka dengan yang tidak dikasih thanaka sehingga malah lebih mirip memakai
topeng daripada memakai bedak :p. Katanya sih itu merupakan rahasia kecantikan
gadis-gadis Myanmar. Entahlah :). Hal yang menurut saya sangat unik dan hanya
bisa dijumpai di Myanmar. Takjub!!
Hanya dua hari saya habiskan di
ibukota Myanmar, Yangon. Kota Yangon sendiri menurut saya tidak terlalu besar
untuk ukuran ibukota sebuah negara meskipun mulai banyak pembangunan di
beberapa tempat. Gedung pencakar langit dan mall yang biasa dijumpai di kota
besar sepertinya bisa dihitung dengan jari di Yangon. Di Yangon bahkan tidak ada sepeda motor,
namun taxi banyak sekali. Usut punya usut, ternyata sepeda motor tidak boleh
beroperasi di kota Yangon. Entah mengapa. Wah!
|
Chaukhtatgyi Paya Pagoda, The Sleeping Budha Pagoda |
|
Sule Pagoda |
|
Kaban Aye Pagoda dan Budhist Art Center |
|
Nga Htat Gyi Pagoda, The Sitting Budha Pagoda
|
Selama di Yangon, saya sering
sekali mengunjungi banyak pagoda disini. Banyak sekali pagoda menarik yang bisa
kunjungi di Yangon mulai dari Swedagon Pagoda, pagoda terbesar di Myanmar, Sule
Pagoda yang terletak di tengah-tengah persimpangan jalan, Kaba Aye Pagoda
beserta Budhis Art Museum yang ada di dalamnya, Chaukhtatgyi Paya Pagoda dengan
Patung Budha tidur sepanjang 70 meter serta banyak pagoda lainnya. Pemandangan
pagoda disini sangatlah biasa dan bertebaran dimana-mana.
|
Swedagon Pagoda |
|
Swedagon Pagoda |
|
Swedagon Pagoda |
Yangon pun tidak melulu tentang
pagoda. Banyak tempat lain selain pagoda yang sempat saya kunjungi selama di
Yangon. Tidak jauh dari Sule Pagoda, terdapat Lapangan Mahabandoola dan monumen
kemerdekaan (Independent monument). Di
sekitar lapangan ini banyak sekali bangunan-bangunan bersejarah seperti High Court building dengan menara jamnya,
City hall, pasar bogyoke , dan Katredal St. Marry. Jika kita berkunjung ke Swedagon
Pagoda pun kita bisa sekalian mengunjungi Museum Nasional dan People Park yang tepat berada di
belakang Swedagon Pagoda.
|
Independent Monument |
|
Mahabandoola Park |
|
City Hall |
Setiap saya mengunjungi suatu
kota, saya pasti menyempatkan diri untuk santai dan duduk-duduk di taman kota. Di
Taman kota kita bisa melihat aktivitas penduduk lokal dengan lebih baik. Berbicara
mengenai taman yang ada di Yangon, dari beberapa taman kota, saya paling suka
dengan Taman Kandawgyi dengan danaunya yang luas dan berlatar belakang Swedagon
Pagoda yang megah. Di tengah-tengah taman terdapat Karaweik Hall yakni restoran
terapung tepat di pinggir danau. Banyak sekali warga setempat yang datang ke
taman waktu sore hari ketika saya kesana.
Meskipun Myanmar sudah bukan
negara tertutup lagi dan sudah mulai membuka diri kepada wisatawan asing
setidaknya sejak sekitar 2-3 tahun yang lalu, namun Myanmar masih sangat
menarik untuk didatangi karena banyak tempat di pelosok Myanmar yang masih sangat
kental budayanya dan menjaga warisan budayanya yang terlihat dari kearifan
lokal penduduk Myanmar. Bagi yang belum sempat ke Myanmar, ayo segera masukkan
ke list dan kunjungi ke Myanmar sebelum menjadi semakin ramai dengan turis.
Hehe ^_^
|
Kandawgyi Park dengan Latar Belakang Karawaek Hall |
Hai Sidiq baru nemu blogmu dan langsung aku follow, jangan lupa follow blogku juga yak, hahahaa...
BalasHapusAku masih takut ke Myanmar soalnya mereka kejam banget sama muslim Rohingya itu lho :(
@nia : haha...... thanks yop. insya allah, ga masalah kok. mereka baik banget dan sangat ramah. yang kasus rohingnya itu kan jauh banget di myanmar utara berbatasan dengan bangladesh. hehe
BalasHapusWow Mas Sidix udah melanglang buana! Hebats.
BalasHapus@galuh : haha....belum banyak kok! masih sekitaran Asia aja.
BalasHapusAku akan mengikuti jejakmu, tunggu saja! hahaaha
BalasHapus@galuh : siaaap.. ditunggu ceritanya. hehehe
BalasHapus