Cerita ini merupakan kelanjutan cerita saya pada waktu menjelajahi negeri Myanmar setelah hari sebelumnya saya menghabiskan waktu di ibukota Yangon. Cerita sebelumnya pada waktu saya berada di Yangon dapat dilihat di sini :
|
Bercengkerama dengan biksu-biksu kecil di pelataran Golden Rock, Kyaiktiyo Pagoda |
Pada hari berikutnya, saya memutuskan untuk eksplore kota Bago yang berjarak 1 jam perjalanan dari Yangon, sekaligus melanjutkan perjalanan ke arah yang sama menuju golden rock yang berada di kota Kinpun. Sejujurnya tujuan utama saya memang ke Golden Rock, sebuah pagoda berusia ratusan tahun berupa batu emas raksasa yang berada di puncak sebuah gunung. Untuk menuju golden rock sendiri jika memakai kendaraan pribadi bisa menghabiskan waktu antara 3 s.d. 4 jam, namun jika memakai bus atau transportasi umum bisa menghabiskan waktu lebih lama lagi yakni 6-7 jam sekali jalan karena jaraknya yang lumayan jauh dari kota Yangon.
|
Masuk kota Bago |
|
Salah Satu Pagoda di Bago |
Berhubung saya memutuskan untuk
one day trip saja ke Golden Rock, berangkat pagi-pagi dan kembali sampai Yangon pada malam harinya. maka saya akhirnya mencarter kendaraan sendiri dengan teman saya untuk menuju golden rock. Niat awal sebetulnya tidak ada rencana untuk mampir ke kota Bago karena mengejar waktu agar bisa kembali ke kota Yangon pada malam hari, namun berhubung dalam perjalanan ke golden rock, kami melewati kota Bago maka saya putuskan untuk sejenak singgah ke kota Bago untuk sekedar mampir ke beberapa pagoda unik dan cantik yang ada di kota ini. Dibutuhkan uang sebesar 10.000 Kyat (atau sekitar Rp 120.000) untuk membayar
ticket pass kota Bago. Tiket ini semacam tiket terusan selama kita berada di kota Bago dan tidak perlu membayar lagi setiap kali memasuki pagoda yang ada di kota Bago. Saya sendiri memutuskan untuk hanya beberapa jam saja di kota Bago karena beberapa objek wisata memang berkumpul di satu tempat sehingga mudah untuk dieksplore pun pagoda yang ada juga tidak banyak.
|
Kyaik Pun, Sitting Buddha Pagoda in Bago |
|
Shwethalyaung, Sleeping Budha Pagoda in Bago
|
Memang aktivitas wisata di kota Bago kurang lebih sama dengan di Yangon yakni mengunjungi beberapa pagoda yang beberapa diantaranya bahkan sudah berusia ribuan tahun. Wow! Salah satu pagoda yang sangat menarik perhatian saya adalah pagoda shwethalyaung pagoda, salah satu sleeping budha pagoda terbesar di Myanmar yang berada di kota Bago. Setidaknya ada dua pagoda dengan "sleeping budha pagoda" yang berdekatan satu sama lain. yang satu berada di dalam pagoda sedangkan satunya lagi berada di luar pagoda. Ada pula
Standing Buddha Pagoda yang waktu itu cukup ramai dikunjungi orang-orang.
Bago sesungguhnya kota kecil, dan banyak pagoda-pagoda besar yang jaraknya berdekatan sehingga tidak butuh waktu banyak untuk eksplore kota Bago. Untuk masuk kota Bago, dikenakan biaya 10.000 Kyat ( Atau sekitar Rp 120.000) untuk masuk ke suluruh pagoda yang berada di kota Bago dan bisa dibayar di pagoda manapun. Saya sendiri hanya menghabiskan kurang dari tiga jam saja untuk eksplore kota Bago karena saya berniat untuk melanjutkan perjalanan ke golden rock pada hari yang sama juga hari itu.
|
Kyaiktiyo Pagoda |
|
Penjaja Makanan di Golden Rock |
Perjalanan dari kota Bago menuju Golden Rock saya tempuh sekitar 3 jam perjalanan. Sempat mampir sebentar di tengah perjalanan untuk makan siang di sebuah rumah makan yang menyediakan menu khas Myanmar dengan gadis pramusaji yang mengenakan pakaian adat myanmar dengan bedak thanaka yang tebal-tebal di mukanya. Duh, sayang saya lupa nama restonya. Sangat unik! hehe
Perjalanan menuju kyaiktiyo pagoda atau yang lebih dikenal dengan nama "Golden Rock" tidak bisa ditempuh langsung dengan kendaraan pribadi maupun transportasi umum dari Yangon. Mobil yang saya tumpangi hanya mengantar sampai Terminal Bus Kyaiktiyo dan dari sini masih harus dilanjutkan dengan menumpang sebuah truk bak terbuka untuk sampai golden rock yang berada di puncak sebuah gunung. Truk bak terbuka? Ya, karena ternyata perjalanan menuju golden rock tersebut harus melalui jalan yang berliku dan terus menanjak sampai atas sehingga hanya kendaraan truk yang bisa sampai atas. Truk yang dijejali banyak penumpang ini membutuhkan waktu sekitar setengah jam untuk menuju Golden Rock.
|
Golden Rock |
|
Golden Rock |
Ada banyak truk serupa yang mengangkut penumpang yang berencana mengunjungi Golden Rock. Entah mengapa truk yang saya tumpangi serasa lama sekali di perjalanan. Sempat agak mual dengan kondisi jalan yang terjal dan berkelok-kelok. Truk pun sempat beberapa kali berhenti di tengah perjalanan atau mungkin lebih tepatnya "diberhentikan" oleh orang-orang di pinggir jalan untuk meminta sumbangan. Saya sendiri kurang begitu paham maksud dari sumbangan-sumbangan ini karena mereka berbicara dengan bahasa Myanmar, namun ternyata tidak sedikit juga penumpang yang memberikan sumbangan. Tidak heran orang Myanmar dikenal sebagai salah satu bangsa yang paling dermawan di dunia.
Selama di Golden Rock, banyak sekali dijumpai turis asing disini meskipun warga lokal yang secara khusus datang kesini untuk beribadat juga tidak kalah banyak. Saya yang iseng mengenakan longyi, sarung khas Myanmar pun sempat beberapa kali disangka sebagai orang Myanmar yang akan beribadat ke Golden Rock. Pemandangan dari Golden Rock sangatlah indah. Terletak di atas gunung, saya bisa memandang lepas perkampungan yang ada di bawah gunung. Banyak biksu-biksu yang masih muda atau bahkan masih anak-anak yang beribadat ke golden rock. Saya pun tidak mensia-siakan untuk mengabadikan momen ini. hehe.
|
Kuli Panggul di Golden Rock |
|
Pelataran Golden Rock |
Yang patut disayangkan selama di Golden Rock ini ialah masih banyaknya pedagang kaki lima yang menjajakan jajanannya di dalam pagoda sehingga mengurangi kekhidmatan orang yang secara khusus ingin beribadat disini. Banyaknya pedagang ini juga menyebabkan lingkungan sekitar Golden Rock terlihat kotor dan agak semrawut. Di Golden Rock juga terdapat banyak kuli panggul yang mengangkut tas-tas atau koper turis yang hendak menginap di area golden rock karena untuk menuju golden rock memang melalui jalan yang terus mendaki.
Sebetulnya saya masih ingin berlama-lama di Golden Rock. Selain karena saya baru sampai di Golden Rock pada sore hari, juga karena saya penasaran dengan pemandangan Golden Rock di malam hari. Namun karena saya harus balik ke Yangon untuk melanjutkan perjalanan ke kota Bagan pada malam hari, maka saya memutuskan untuk tidak menginap di Golden Rock. Truk terakhir dari golden rock ke terminal bus kyaiktiyo terakhir pada jam 17.30. Jika kita ketinggalan truk terakhir maka bisa dipastikan kita harus menginap di golden rock yang terletak di atas gunung. Truk terakhir jam 17.30 juga untuk menghindari perjalanan truk di malam hari dikarenakan jalanan yang menurun curam dan gelap. Memang sehari saja untuk eksplore kota Bago dan Golden Rock sekaligus sangatlah singkat karena saya harus melanjutkan perjalanan saya ke kota Bagan.
Tunggu cerita saya selanjutnya di kota Bagan dalam rangkaian perjalanan saya mengelilingi "The Golden Land" Myanmar daapt dilihat di sini :
http://www.aufasidix.blogspot.com/2015/05/explore-myanmar-day-4-bagan.html
Itu mazing banget ya golden rocknya nggak ngglundhung :D
BalasHapus@nia : iya...padahal batunya kyaknya ga nempel tuh. tinggal ditiup doang harusnya gelinding.wkwk
BalasHapusMas tanya dong charter kendaraan buat ke golden rock berapaan yah
BalasHapus@denny : waktu itu saya berdua bersama teman langsung charter semacam taxi 100000 kyat berdua. jadi seorang 50ribu kyat (sekitar Rp 600rb). Agak mahal karena kita cuma berdua, kalau berempat bisa lebih murah.hehe! Itu seharian dari pagi sampai malam ke kota BAgo dan Golden ROck yang berjarak 4 jam dari Myanmar. Kalau Pake Bus sekitar 7 jam tapi harus menginap di Goldenrock dan tidak bisa one day trip jika memakai bus dan lebih murah tentunya. kami memilih mencarter kendaraan sendiri karena hanya sehari saja dari pagi sampai malam dan mengejar waktu.
BalasHapus