Kamis, 21 Mei 2015

EXPLORE MYANMAR, DAY 4 (BAGAN)

Sunrise di Bagan

Cerita perjalanan saya di Bagan ini merupakan kelanjutan dari cerita perjalanan saya mengelilingi Myanmar setelah sehari sebelumnya eksplore kota Bago dan Golden Rock di Kinpun. Cerita saya sebelumnya pada waktu eksplore kota Bago dan Golden Rock dapat dilihat di sini :


Bagan, the herritage city, merupakan kota warisan budaya dunia di Myanmar yang sangat tersohor. Ditetapkan sebagai salah satu situs warisan budaya dunia karena lebih dari 2 ribu pagoda yang tersebar di setiap sudut kota Bagan. The Old Bagan atau kota tua Bagan menjadi saksi bisu sejarah kejayaan kota Bagan di masa silam dengan banyaknya pagoda berusia ratusan tahun bahkan ribuan tahun yang masih berdiri dengan kokoh. Sebetulnya butuh setidaknya waktu 3 hari 3 malam jika ingin eksplore semua kawasan bagan, namun saya sendiri hanya menghabiskan satu hari disini dan memutuskan untuk mengunjungi beberapa pagoda utama saja karena waktu yang terbatas. Sayang memang tapi saya tetap memasukkan bagan dalam list kunjungan wajib saya selama di Myanmar. 

Perjalanan ke kota Bagan sendiri saya tempuh dengan menggunakan bus malam dari Aung Mingalar Bus Station di Yangon selama semalaman dari jam 7 malam dan sampai bagan jam 4 pagi. Situasi di Aung Mingalar Bus Station di Yangon sendiri menurut saya sangat semrawut jadi pastikan dulu kita sudah memesan bus untuk ke Bagan sebelum ke terminal jadi begitu sampai terminal kita bisa langsung menuju ke agen bus yang sudah kita pesan. Satu hal lain  lagi yang penting dan perlu dicatat ialah bus malam di Myanmar itu sangatlah ontime dari segi waktu. Jika berangkat jam 7 malam berarti busnya memang benar-benar berangkat jam 7 malam bukan baru datang ke terminal bus jam 7 malam. Telat 5 menit maka tidak ada ampun dan akan ditinggal. Wuih! Jadi jangan biasakan menggunakan "jam karet" yang sering kita pakai waktu di Indonesia ya jika memakai bus malam di Myanmar kalau tidak mau ditinggal. Hehe!  Saya menggunakan jasa JJ Express untuk sampai Bagan. Bus sempat berhenti dua kali untuk makan dan ke toilet sebelum akhirnya sampai kota Bagan tepat pada jam 4 pagi. Sangat ontime! Salut!

Begitu sampai terminal bus Bagan, kami langsung dikerubutin banyak sopir taxi. Saya bersama dengan empat orang teman langsung mencari mobil untuk disewa di terminal saat itu juga. Sempat ngotot-ngototan dengan harga sewa mobil sebelum akhirnya dapat harga oke untuk sewa mobil selama seharian penuh sampai malam hari. Kami pun tidak menyia-nyiakan waktu untuk segera mencari spot terbaik buat melihat sunrise di Bagan. Sunrise di bagan sekitar pukul 05.30 di bulan Januari pada waktu saya kesana. masih ada waktu sekitar 1 jam sebelum sunrise. Begitu memasuki kota Bagan, kami "dicegat" petugas dan diharuskan membayar 20 ribu kyat atau sekitar Rp 250 ribu untuk membayar semacam tiket terusan ke semua pagoda yang ada di old Bagan. Cukup mahal memang tapi worth lah. hehe!

Larangan  setiap kali memasuki Pagoda di Bagan 
Hamparan Pagoda di Old Bagan
Kami memutuskan untuk mengabadikan sunrise di Shwesandaw Pagoda. Salah satu spot sunrise terbaik di Bagan karena bentuk pagoda yang menjulang tinggi sehingga mampu melihat hamparan pagoda dengan lepas di old bagan menjelang sunrise. Sudah banyak orang ketika kami sampai di pelataran Shwesandaw Pagoda pada pukul 5 pagi. Kami pun harus memanjat ke puncak pagoda agar mendapatkan spot terbaik. Dan jujur ini merupakan salah satu sunrise terbaik yang pernah saya lihat karena latar pemandangan ribuan pagoda menjadikan sunrise ini menjadi tidak biasa. Langit yang cerah dan matahari yang sempurna dengan ratusan balon udara yang entah mendadak muncul darimana. Amazing!! 

Takjub dengan pemandangan sunrise di Bagan, kami pun langsung  melanjutkan perjalanan ke Mount Popa, atau gunung popa dengan pagoda cantik yang ada di atasnya dan terletak sekitar 60 km dari Bagan atau 1,5 jam perjalanan darat dengan kondisi jalanan yang berdebu. Karena letaknya yang jauh kami pun meminta sopir untuk sarapan dulu di salah satu rumah makan yang menyajikan makanan khas Myanmar. Makanan Myanmar menurut saya cukup cocok dengan lidah orang Indonesia, namun yang agak miris bagi saya ialah banyaknya pekerja anak di bawah umur yang bekerja di banyak rumah makan di myanmar atau di bagan pada khususnya. Garis kemiskinan seperti nampak jelas dan kontras dibandingkan dengan banyaknya devisa wisata yang seharusnya didapatkan pemerintah myanmar dari turis.

Mount Popa
Pemandangan dari atas Mount Popa
Sekitar 1,5 jam total perjalanan dari kota Bagan ke Mount Popa. Begitu sampai, saya sempat kebingunan mencari tahu ke arah mana agar bisa naik ke pagoda di puncak Mount Popa karena ternyata jalan menuju atas sudah banyak tertutup dengan para penjual pernak-pernik atau penjaja makanan. Agak merasa hopeless sebetulnya begitu melangkahkan kaki selangkah demi selangkah menapaki tangga menuju ke atas karena kondisi tangga yang menurut saya sangat kotor yang mungkin diakibatkan oleh banyaknya kera-kera liar berkeliaran di sepanjang tangga menuju mount popa. 

Tidak membutuhkan waktu yang lama untuk menuju puncak mount popa. Hawa yang dingin cukup kerasa begitu sampai atas. Sudah banyak orang yang datang ke pagoda di atas mount popa untuk beribadah. Pemandangan lepas dari atas mount popa pun sangat indah. tampak beberapa pagoda kecil di bawah gunung. Meskipun hari sudah cukup terik namun turis maupun penduduk Myanmar yang datang ke pagoda tidak berkurang. Hanya sekitar 1 jam kami menghabiskan waktu dan santai di mount popa. 

Penjual Thanaka di pintu masuk pagoda di mount popa
Pagoda di puncak Mount popa
"Mendaki" pagoda di Mount Popa
Selesai eksplore mount popa, kami pun melanjutkan perjalanan ke old bagan untuk eksplore beberapa pagoda terkenal di sana. Banyak pagoda unik dan cantik yang sempat kami singgahi. Beberapa pagoda yang saya rekomendasikan diantaranya Sulamani Guphaya Temple, Dhammayangyi Temple, Ananda Temple, Buphaya Paya, dan Swezagon Pagoda.  Tidak akan cukup waktunya untuk eksplore seluruh pagoda yang ada di Bagan hanya dalam beberapa hari apalagi hanya satu hari saja seperti yang saya lakukan. Saya pun memutuskan untuk mengunjungi beberapa pagoda utama saja selama di old bagan.


Di Dalam Ananda Temple
Ananda Temple
Pemandangan Old Bagan
Sulamani Guphaya Temple dan Dhammayangyi Temple merupakan salah satu pagoda terbesar sekaligus tertua di Bagan dan wajib juga untuk dimasukin dalam list kunjungan. Letaknya sebetulnya tidak berjauhan hanya saja karena jalanan yang berdebu dan nyaris tanpa penunjuk jalan, sehingga menyewa sopir yang mengerti jalan adalah pilihan yang tepat. Sebetulnya ada banyak cara untuk mengelilingi old bagan yakni bisa dengan menyewa sepeda listrik atau bisa juga dengan menyewa trishaw atau kereta kuda. Menyewa sepeda mungkin akan lebih murah namun kita harus bisa membaca peta sendiri dan waktu yang dibutuhkan relatif lama karena komplek old bagan yang sangat luas sedangkan menyewa trishaw akan lebih mahal sementara mungkin tidak semua tempat bisa kita kunjungi. Pilihan paling bijak jika kita pergi berombongan maka menyewa mobil dengan sopir. Selain lebih hemat biaya sekaligus juga menghemat tenaga dan waktu. Sementara jika kita pergi sendiri dan waktu yang lebih leluasa bisa menyewa sepeda listrik.


Trishaw di Bagan
Bagan River
Pagoda lainnya yang sempat saya kunjungi ialah Buphaya Paya yang terletak di tepi sungai Bagan dan Swezagon Pagoda yang merupakan satu-satunya pagida di Bagan yang seluruh bangunannya dilapisin warna keemasan sehingga sangat mencolok dan eye catching. Salah satu tips penting jika kita bepergian ke kota Bagan ialah bawalah masker, topi dan air mineral yang banyak. Cuaca yang sangat panas ditampah jalanan antar pagoda yang masih berupa jalan tanah dan berdebu menyebabkan perjalanan akan sedikit kurang nyaman jika kita tidak mempersiapkan diri. Saya pun sempat mengalami radang tenggorokan selama di Bagan karena terallu banyak menghirup debu. notedlesson learned!

The World Herritage City, Bagan

Sangat singkat perjalanan saya ke kota tua Bagan. Hanya sehari saja. Seminggu pun saya rasa tidak akan akan cukup untuk eksplore seluruh bagan. Saya harus melanjutkan perjalanan kembali ke kota berikutnya, ibukota kerajaan Myanmar kuno di kota Mandalay.

Cerita saya selanjutnya di kota Mandalay dalam rangkaian perjalanan saya mengelilingi "The Golden Land" Myanmar dapat dilihat disini :

http://www.aufasidix.blogspot.com/2015/05/explore-myanmar-day-5-mandalay.html

3 komentar:

  1. Thank You sharing nya Mas.
    Myanmar, salah satu wishlist yang belum tercapai. heheh

    BalasHapus
  2. Sewa Mobil seharian dengan supir berapa ?

    BalasHapus