Senin, 22 Oktober 2018

SAPARUA, MALUKU

Pantai Kulur, Saparua
Perjalanan saya ke Pulau Saparua ini sebetulnya dadakan di sela-sela kunjungan saya ke Pulau Ambon di Maluku pada waktu libur natal tahun 2017.Karena libur natal yang cukup panjang, saya menyempatkan diri untuk mampirr ke Pulau Saparua yang hanya berjarak 1,5 jam saja dengan menggunakan speedboat dari Pelabuhan Tulehu, kota Ambon.

Kisah perjalanan saya ke kota Ambon dapat dilihat disini -> Ambon Manise

Mengapa saya menjatuhkan pilihan ke Pulau Saparua? Mengapa tidak ke destinasi yang memang sudah cukup terkenal saja seperti Pantai Ora di Pulau Seram atau ke Banda Neira sekalian. Pilihan saya ke Pulau Saparua karena memang letaknya yang tidak terlalu jauh dari kota Ambon, pun pulau ini masih belum begitu banyak dilirik oleh para wisatawan, padahal pulau inilah yang dulu diperebutkan oleh bangsa portugis karena kekayaan rempah-rempahnya. Di Pulau inilah kapitan Pattimura lahir dan berjuang melawan portugis. Masih nampak sisa-sisa reruntuhan benteng portugis di Pulau Saparua ini. Pantai dan pemandangan alam di Pulau Saparua pun tidak kalah cantik. Pulau saparua sendiri masih merupakan sebuah kecamatan dari Kabupaten Maluku Tengah.

Perjalanan ke Pulau Saparua, saya mulai dari kota ambon menuju Pelabuhan Tulehu, Pelabuhan khusus untuk menuju pulau saparua sekitar 30 menit dengan menggunakan angkot. Sebetulnya ada beberapa moda transportasi menuju pulau Saparua, bisa menggunakan kapal ferry maupun speedboat. Kapal ferry lebih lama waktu tempuhnya dan jadwalnya pun tidak sesering kapal speedboat yang begitu penuh penumpang bisa langsung berangkat. saya memilih menggunakan speedboat berkapasitas 5-6 orang, dengan masing-masing orang membayar 50 ribu, sudah bisa naik speedboat ke Pulau Saparua. Apalagi pada waktu itu sedang musim liburan natal sehingga banyak speedboat yang bersliweran menunggu penumpang.

Speedboat bersandar di Pelabuhan Haria, Pulau Saparua
Pelabuhan Tulehu
Gereja di Pelabuhan Haria, Pulau Saparua
Speadboat berlabuh di Pelabuhan Haria Pulau Saparua. Dari pelabuhan haria menuju pusat kota di Saparua hanya ada angkot ataupun ojek, namun angkot sangat jarang dan bisa 1 jam sekali baru ada sehingga naik ojek menjadi pilihan yang praktis dan simpel. Saya pun meminta abang ojek meminta saya mengantar ke hotel tempat saya menginap yang terletak persis di samping benteng durstede, benteng peninggalan portugis.

Benteng durstede ini pun sangat gampang didatangi karena terletak di pusat keramaian pulau Saparua, Benteng yang masih sangat terawat ini menjadi saksi bisu perlawanan kapitan pattimura dan penjajah portugis. Benteng ini terletak di bibir pantai sehingga dari atas benteng, terlihat laut banda yang cukup tenang.
Benteng Peninggalan Portugis di Pulau Saparua, Benteng Duurstede
Bersama abang ojek yang setia menemani saya eksplore pulau Saparua
Pantai di Belakang Benteng Duurstede
Laut Banda
Sebetulnya banyak tempat-tempat menarik di Pulau Saparua yang layak didatangi, tidak hanya benteng saja. Banyak pantai cantik dan rumah adat  yang bagus untuk didatangi. Saya menyempatkan diri untuk ke daerah nolot, sekitar 30 menit berkendara dari Benteng ke arah utara, disana masih banyak rumah adat yang dibangun ratusan tahun lalu dan masih dijaga hingga sekarang. Di Rumah adat inilah konon katanya dahulu para pahlawan bangsa seperti kapitan pattmura, dan cristina martatiahahu berkumpul dan menyusun siasat untuk melawan penjajah portugis.

Rumah adat yang dijadikan cagar budaya
Rumah Adat Simaloa Pelamahu
Banyak pantai cantik yang dapat dikunjungi di pulau Saparua. sayang aksesnya agak susah dan jauh. Namun perjalanan yang cukup jauh oun berbuah manis dengan adanya pantai menawan dengan pasir putih yang luas serta sepi. 

Salah satu pantai favorit saya di Pulau Saparua yakni Pantai Kulur. waktu saya kesana benar-benar sepi dan nyaris tidak ada orang. Padahal ini pantai sangat indah dengan hamparan pasir putih yang sangat luas. Pantainya pun tenang dan nyaris tanpa ombak membuat saya bisa berenang bebas di sepanjang pantai tanpa harus takut digulung ombak.  Pantai yang terletak di arah utara pulau Saparua ini berjarak sekitar 1 jam naik sepeda motor dari pusat kota Saparua di sekitar benteng. Cukup jauh memang. masih banyak pantai lain juga yang tak kalah cantik. jika kita menggunakan kendaraan sendiri maka kita bisa bebas eksplore kesana kemari. Saya juga menyempatkan diri ke Pantai Ouw di ujung paling timur pulau Saparua yang waktu saya kesana cukup sepi dan lenggang.  Hanya nampak beberapa anak kecil warga sekitar yang bermain-main dan mandi di pantai.

Pantai Kulur
Pantai Ouw, Saparua
Pantai desa Nolloth
Pulau Saparua memang layak untuk dikunjungi. Selain karena letaknya yang memang cukup dekat dari kota Ambon, banyak tempat menarik di Pulau Saparua yang bagus untuk dikunjungi.

AMBON MANISE

Jembatan Merah Putih kota Ambon
Sudah lama saya ingin eksplore kota Ambon, akhirnya kesampaian juga saya eksplore kota ambon pada libur natal tahun 2017 kemarin. Karena libur natal yang cukup panjang yakni selama 4 hari maka saya memilih untuk wisata ke kota yang cukup semarak dalam merayakan natal yakni kota Ambon.

Bandara Pattimura kota Ambon terletak cukup jauh dari pusat kota Ambon. Dulu sebelum ada jembatan merah putih yang menghubungkan kecamatan sirimau dan kecamatan teluk ambon, kota ambon, perjalanan dari Bandara Pattimura ke pusat kota Ambon bisa menghabiskan waktu 1 jam s.d. 1,5 jam perjalanan darat karena harus melingkari teluk ambon, Namun sejak adanya Jembatan Merah Putih tersebut, perjalanan dari bandara ke kota ambon pun dapat dipangkas menjadi 30-40 menit saja melintasi jembatan. Lumayan cukup singkat. saya sendiri cukup naik angkot dari depan bandara menuju kota Ambon.

Pemandangan Teluk Ambon
Pelabuhan Yos Sudarso, kota Ambon
Kota Ambon kota yang cukup ramai. Apalagi pada waktu saya kesana tepat dua malam sebelum hari libur Natal. Di setiap penghujung kota Ambon, tampak banyak manusia lalu lalang membeli segala keperluan untuk merayakan Natal. Pelabuhan Yos Sudarso pun tampak cukup sibuk melayani penumpang yang mau mudik ke kampung halaman dan pulau-pulau di sekitar maluku seperti ke Kei dan Saumlaki.

Kebetulan saya sampai kota Ambon sore menjelang malam. Malam harinya banyak pertunjukkan tari-tarian ataupun pentas seni dalam rangkaian acara "chrismas carol Ambon 2017" sebagai bagian dalam rangkaian acara menyambut hari raya Natal di kota Ambon. Beberapa sudut kota sudah dipercantik dan diberi hiasan-hiasan yang unik dan mengundang orang untuk berfoto-foto. Sebut saja di kawasan lapangan merderak ambon, yang merupakan taman kota pusat muda-mudi berkumpul, atau ada hiasan pohon natal raksasa di kawasan pantai amahusu. Betapa perayaan natal di kota Ambon memang sangat meriah.

Lapangan Merdeka kota Ambon
Chrismas Carol Ambon 2017
Pohon Natal Raksasa di Pantai Amahusu Ambon
Saya sebagai seorang muslim, merasakan betapa toleransi dan keberagaman di kota Ambon dapat berjalan beriringan. Suasana begitu damai di kota ini. Disini memang banyak gereja - gereja besar yang sangat meriah menjelang Natal, namun keberadaan masjid besar pun turut andil memberi warna pada kota Ambon. semua bisa hidup berdampingan. Saya menyempatkan diri mampir ke Masjid Raya Al Falah yang terletak di pusat kota dimana pada saat itu masih ada beberapa pekerjaan fisik terkait dengan rencana perluasan areal masjid.

Masjid raya Al Fatah kota Ambon
Keesokan harinya saya memutuskan untuk keluar kota Ambon dan eksplore beberapa pantai yang ada di Pulau Ambon.  Cukup dengan menyewa sepeda motor kepada satpam tempat hotel saya menginap, saya leluasa eksplore Pulau Ambon dengan kendaraan sendiri. Perjalanan saya ke arah utara melintasi jembatan merah putih menuju Pantai Natsepa. Pantai yang cukup ramai dikunjungi wisatawan di kala weekend atau hari libur. Yang paling khas dari pantai ini adalah adanya rujak khas yang dinamai rujak natsepa yang penjualnya berjajar di sepanjang pantai Natsepa.

Pantai Tanjung Latuhalat
Pantai Santai - cocok buat santai :)
Pantai Pintu Kota
Pantai-pantai yang terkenal bagus justru berada di sisi selatan Pulau Ambon, banyak berjejer pantai-pantai yang cukup bagus dan sepi. Terletak di ujung selatan pulau Ambon,terdapat Pantai Tanjung Latuhalat dengan gugusan batu-batuan karang yang berserakan di pinggir pantai, ke arah timur sedikit dari Pantai Tanjung Latuhalat, terdapat Pantai Santai dengan pasir putihnya yang khas. cocok buat santai :). Saya sendiri betah berjam-jam duduk-duduk di pantai Santai ini karena suasana yang sepi.  Tidak jauh dari pantai Santai ke arah timur, ada pantai Pintu Kota, pantai yang cukup terkenal sebagai ikon wisata kota Ambon dan menghiasi beberapa postcard pariwisata ambon. Agak sedikit susah sebetulnya menemukan lokasi pantai Pintu Kota ini, meskipun saya sudah bermodalkan GPS dan google map, namun ternyata letak pantai ini harus jalan kaki ke bawah dulu menuruni tebing dan tidak terlihat dari jalan raya. namun jangan kuatir, akses ke pantai ini juga sudah cukup bagus. 

Kota Ambon memang cukup indah, seperti kata orang-orang yang sering menyebut ambon dengan sebutan Ambon Manise karena banyak hal-hal indah yang ditemui di kota Ambon, kaya akan budaya dan pemandangan alam yang indah. Memang cukup singkat saya keliling kota Ambon. Keesokan harinya saya harus bersiap-siap melanjutkan perjalanan kembali ke Pulau Saparua dengan menggunakan speedboat dari Pelabuhan Tulehu, tempat Kapitan Patimura dilahirkan.

Tunggu cerita saya selanjutnya di Pulau Saparua.......