Jumat, 20 November 2015

UK (Ujung Kulon) Trip

Pulau Handeleum, Ujung Kulon
Sudah lama saya memimpikan ingin menginjakkan kaki di tanah paling ujung barat pulau Jawa tepatnya di Taman Nasional Ujung Kulon. Memanfaatkan libur long weekend yang bertepatan dengan libur nasional hari kemerdekaan RI di bulan Agustus kemarin, akhirnya kesampaian juga saya jalan-jalan ke Ujung Kulon. Bulan Agustus memang bulan yang cocok untuk melaut karena ombak belum terlalu besar dan cuaca juga cukup bersahabat, apalagi Ujung Kulon terletak di bibir samudra Hindia dimana jika sedang ombak tinggi maka perahu nelayan yang biasanya digunakan oleh wisatawan yang hendak eksplore Taman Nasional Ujung Kulon pun tidak berani melaut.

Saya bersama teman-teman berangkat ke Pulau Panaitan, pulau terbesar dan terletak di paling ujung barat di Taman Nasional Ujung Kulon yang menjadi tempat tujuan kami untuk camping / bermalam, dengan menyewa perahu nelayan dari daerah Sumur, Pandeglang, Banten. Berangkat dari Jakarta malam hari dan sampai pelabuhan sumur di Pandeglang tepat sebelum subuh. Keadaan di pelabuhan sumur sendiri layaknya pantai nelayan pada umumnya. Pagi hari di pelabuhan sumur sudah sangat ramai dengan aktivitas warga  Terdapat tempat pelelangan ikan (TPI) dengan ikan-ikan yang masih sangat segar dan baru ditangkap nelayan dari hasil melaut. Kami pun membeli beberapa ekor cumi dan ikan ekor kuning untuk dibakar malam harinya di Pulau Panaitan.

Keramba Ikan Milik Nelayan
Perjalanan panjang kami ke Pulau Panaitan melewati beberapa pulau kecil. Di sepanjang perjalanan kami melihat banyak bangunan di tengah laut yang digunakan nelayan sebagai keramba ikan. Bentuk bangunannya sangat unik. Sayang saya tidak berkesempatan untuk mampir. Hanya saja saya sedikit penasaran bagaimana ya para nelayan itu bisa membangun bangunan itu di tengah laut. jarak antar keramba ikan pun tidaklah jauh mungkin hanya beberapa ratus meter saja dan ada ratusan keramba ikan sejenis di sepanjang perjalanan. wow!

Pulau pertama yang kami kunjungi yakni Pulau Badul, pulau mungil dengan hamparan pasir putih yang luas. Pulau ini sangat kecil dan nyaris tidak terlihat dari kejauhan jika saja tidak ada beberapa pohon bakau yang tumbuh di atasnya. Pulau mungil yang tidak berpenghuni ini menjadikan pulau ini serasa milik pribadi. Pasir putihnya memang sangat menggoda. Hanya saja ketika saya mencoba untuk snorkeling di perairan sekitar Pulau Badul, ternyata masih nampak sisa-sisa terumbu karang yang sudah hancur. Nyaris tidak ada terumbu karang yang tersisa. Sangat disayangkan. Meskipun Pulau Badul menyajikan pemandangan yang cantik di permukaan namun pemandangan bawah airnya masih jauh dari sempurna.

Pulau Badul
Dari pulau Badul, kami melanjutkan perjalanan kembali ke Pulau Handeuleum dengan rimbunnya hutan bakau yang khas. Pulau Handeleum sendiri tidak terlalu luas. Ada banyak rusa di Pulau Handeleum. Ada sisi pantai yang unik di Pulau Handeleum dimana banyak ditumbuhi bekas pohon bakau yang tinggal akarnya saja sehingga menyajikan pemandangan yang sangat menarik. Rusa-rusa disini pun ternyata sangat jinak dan sudah sangat akrab dengan manusia. Asal kita membawa makanan saja pasti rusa-rusa tersebut akan mendekati kita. Hehe. Di Pulau Handeleum juga terdapat kapal yang karam dan bekas rel yang menuju ke laut. Entah mengapa ada rel disitu. Apakah dulu pulau handeleum tersambung ke pulau lain sebelum terjadinya letusan Gunung Krakatau yang meluluhlantahkan pantai pesisir barat pulau Jawa termasuk pulau Handeleum ini. Entahlah!

Pulau Handeleum
Rusa di Pulau Handeleum
Puas ubek-ubek pulau Handeleum, menjelang sore kami pun melanjutkan perjalanan kembali ke Pulau Panaitan yang menjadi tempat tujuan kami untuk berkemah. Sudah menjelang malam ketika kapal  yang kami tumpangi berlabuh di Pulau Panaitan. Kami pun segera mendirikan tenda di salah satu sisi pulau Panaitan yang menghadap pantai karena hari sudah menjelang malam. Tampak beberapa kelompok kecil lain yang juga mendirikan tenda di tempat yang tidak jauh dari tempat kami mendirikan tenda. Pulau Panaitan memang cocok untuk area berkemah / camping  namun sebetulnya area Pulau Panaitan yang  bisa digunakan untuk camping ground  pun terbatas karena sebagian besar area di Pulau Panaitan masih berupa hutan belantara.


Sampai di Pulau Panaitan
Pulau Panaitan
Sampah laut di Pulau Panaitan
Hal yang agak disayangkan dari Pulau Panaitan ialah ternyata pulau ini menjadi tempat sampah-sampah di lautan berlabuh. Sangat disayangkan, pulau yang masih cukup “perawan” dan jarang dijamah manusia ini ternyata pantainya dipenuhi oleh banyaknya sampah lautan. Kebanyakan merupakan sampah botol plastik. Bahkan tumpukan sampah ini sudah saya jumpai di dermaga Pulau Panaitan begitu saya sampai di Pulau Ini. Miris Emang!

Menghabiskan malam di pulau panaitan kami lakukan dengan acara bakar ikan dan cumi yang kita beli dari nelayan pagi harinya. masih sangat segar tentunya. hehe! kita juga bisa memancing di Ujung Dermaga Pulai Panaitan pada malam hari. Garis pantai Pulau Pantaitan sendiri menurut saya biasa saja, mungkin karena kami bersandar di dermaga yang banyak sampah lautannya.

Pantai Pulau Peucang
Pulau Peucang
Bersandar di Pulau Peucang
Keesokan harinya, kami pun melanjutkan perjalanan ke pulau lain yang tak kalah cantik yakni pulau Peucang, pulau dengan lanskap pantai pasir putih yang luas, bersih, dan  keindahan underwater dengan ikan yang berwarna-warni yang sangat sayang jika dilewatkan. Saya akui walau pulau Peucang dikelola oleh swasta, namun pantainya masih sangat bersih dan karangnya pun masih sangat terjaga dengan baik. Pulau Peucang menjadi salah satu pulau yang “must visit” dari sekian banyak pulau di kawasan Taman Nasional Ujung Kulon. Sangat singkat perjalanan ke Ujung Kulon, namun pulau terakhir yakni pulau peucang sebagai penutup perjalanan kami eksplore Taman Nasional Ujung Kulon cukup mengobati rasa lelah kami. ^_^