Senin, 19 Januari 2015

MORE FUN IN MINDANAO, PHILIPINNES

People Park, Davao, Mindanao
Pulau Mindanau merupakan pulau terbesar kedua di Filipina setelah Pulau Luzon dan terletak di ujung paling selatan Filipina. Butuh waktu 2 jam naik pesawat lagi dari Ibukota Filipina, Manila. Ini merupakan kunjungan saya yang kedua di Filipina setelah pada kunjungan saya yang pertama hanya berkutat di sekitar ibukota Manila saja. Entah apa yang ada di benak saya waktu itu sehingga memutuskan untuk pergi ke Mindanao. Sesuai dengan slogan pariwisata Filipina " More Fun in Philippines", saya berharap saya juga bisa "fun" di Mindanao. Hehe

Kunjungan saya di bulan Januari 2014 bertepatan dengan selesainya angin topan yang menerjang Filipina pada bulan November dan Desember. Tadinya sempat ragu apakah akan tetap melanjutkan perjalanan karena Filipina baru saja diterjang badai topan, namun setelah riset dan mencari informasi kesana kemari ternyata bulan Januari merupakan bulan yang cuacanya cukup bagus untuk ke Filipina. Cuaca tidak panas dan sudah tidak ada hujan deras pula, hanya sesekali mendung dan hujan dengan intensitas ringan. Saya sendiri menghabiskan sekitar 5 hari di pulau ini dengan mengunjungi beberapa kota seperti Davao, Kapatagan, dan Digos.

Davao City Hall
Davao, terletak di ujung paling selatan, Pulau Mindanao, Filipina, sudah sangat dekat dengan ujung paling utara Indonesia di Sangihe, Kepulauan Talaud, Sulawesi Utara, merupakan kota terbesar di Pulau Mindanau, sekaligus sebagai pintu gerbang jika kita ingin mengunjungi kota-kota lain di pulau Mindanao. Mengapa harus ke Davao atau Mindanao? Padahal masih banyak tempat-tempat menarik lain di Filipina daripada mengunjungi Pulau Mindanao yang selama ini lebih terkenal  sebagai daerah yang terisolir dan tidak aman. Selain karena memang tiket pesawat promo ke Davao sudah ada di genggaman, ternyata setelah saya cari info kesana kemari, Davao memang menawarkan tempat – tempat yang menarik dan eksotik untuk di kunjungi.

Davao
Gereja di Davao
Masuk Museum Davao
Di jantung kota metropolitan Davao terdapat People’s Park, salah satu taman kota paling bersih dan hijau di negara itu. Tempat rekreasi yang luas ini terkenal karena patung-patung penduduk asli yang berukuran seperti aslinya, karya seniman Mindanaoan, Kublai Millan.  Begitu saya masuk ke dalam People’s Park, terdapat patung durian dalam ukuran besar dan koleksi berbagai spesies bambu yang sangat banyak juga tanaman endemik lainnya. Pada malam hari, penduduk setempat berduyun-duyun ke People’s Park untuk menyaksikan air mancur yang memesona.

Mengapa ada patung durian di People’s Park? Demikian pula ada monumen durian yang langsung menyambut saya di Bandara Davao? Ya, Davao memang terkenal dengan buah Duriannya dan  memasok durian untuk Filipina. Banyak snack atau makanan olahan dari durian yang ada di kota Davao seperti durian coffee, durian cheesecake, durian candy, dll. Bagi penggemar durian, wajib hukumnya kesini. :).

Pomelo, buah khas Mindanao
Makanan olahan dari Durian khas Davao
Mempelajari sejarah kota Davao  dan orang-orangnya dengan mengunjungi beberapa museum di Davao juga merupakan aktivitas yang cukup menarik. Davao Museum of History, Mindanao Folk Arts Museum yang terletak di daerah Matina, Philippine-Japan Museum di daerah Calinan, dan Museum Dabawenyo yang dijuluki sebagai museum rakyat adalah beberapa museum di Davao yang wajib dikunjungi. Salah satu yang saya rekomendasikan yakni Davao Museum of History atau museum sejarah Davao. Dari museum ini saya juga baru tahu bahwa ternyata masih terdapat hubungan kekerabatan yang dekat antara orang mindanao dengan orang minahasa di sulawesi utara, serta orang sulu di Sabah, Malaysia. Wah!

Menikmati kehidupan malam di Davao, saya habiskan dengan mengunjungi Matina Town Square (MTS) dan menikmati pertunjukan live music. Jika kita berkunjung ke MTS pada hari Selasa dan Kamis malam, terdapat pertunjukan musik dan tarian tradisional secara cuma-cuma. Di MTS ini juga berjajar kafe-kafe dan restoran yang enak buat hang out. live music  yang suaranya sampai memekakkkan telinga di dekat panggung utama MTS pun sampai dini hari.

Hari kedua di kota Davao, saya mencoba ikut paket rafting di sungai davao yang sudah saya booking sebelumnya. Dengan harga sekitar 1500 peso (Sekitar Rp 400ribu), saya mendapatkan kaos, CD foto, makan siang, dan paket rafting terjauh selama kurang lebih 4 jam termasuk antar jemput dari meeting point ke lokasi rafting. Wow! Harga yang cukup bersahabat. Meeting point berkumpulnya orang-orang yang akan rafting berada di Davao Riverfront Complex dimana didalamnya terdapat Crocodile Park, salah satu tempat yang sangat populer dikunjungi warga Davao. DI komplek ini juga terdapat Davao Butterfly House dan Tribu K’Mindanawan, sebuah desa adat yang seingkali menampilkan tari-tarian tradisional.

Siap-Siap Rafting di Davao River
Ganasnya Rafting di Davao :p

Di Davao Riverfront Complex ini, kami dibagi menjadi beberapa kelompok rafting dan dijelaskan mengenai kondisi rafting di lapangan. Diputarkan pula video mengenai rafting yang akan kita lakukan dimana banyak perahu karet yang sampai terbalik atau hanyut. Agak menyiutkan nyali kami sih sebetulnya, but the show must go on :D. Pada hari itu, tidak banyak orang yang rafting, hanya ada sekitar 4 kelompok dimana satu kelompok sekitar 6-8 orang dengan 1 guide dan jumlah turis asing atau non-filipina yang ikut rafting hanya dua orang termasuk saya. Hehe!

Sambil menunggu mobil jemputan kami datang dan mengantar kami ke titik awal rafting, saya melihat-lihat terlebih dahulu Davao Riverfront Complex ini yang ternyata sangat luas. Ada kebun binatang dengan binatang utamanya yang paling banyak adalah buaya. Entah mengapa buaya? Apakah memang karena banyak buaya yang hidup di Pulau Mindanao ini? Ada ribuan buaya di Davao Riverfront Complex ini. Wow! Banyak pula spesies burung dan bahkan orang utan.


Perjalanan dari Davao Riverfront Complex  ke lokasi rafting lumayan jauh menyusuri jalanan utama kota davao ke arah utara. Sekitar 1 jam perjalanan. Di sungai davao tempat kami rafting terlihat arus begitu deras dan kencang akibat masih hujan beberapa hari sebelumnya. Rafting yang luar biasa. Jujur ini rafting keempat yang pernah saya lakukan, tapi sensasi rafting di arus sungai davao yang begitu deras sampai beberapa dari kami sempat jatuh ke sungai dan hampir hanyut merupakan pengalaman yang sulit dilukiskan dengan kata-kata. Bulan Januari memang bulan terbaik untuk rafting karena arus sungai masih sangat deras.

Bagi turis asing atau bahkan warga filipina sendiri, Davao mungkin kurang begitu terkenal sebagai tujuan utama wisata, namun dengan segala keunikannya dan pesonanya, Davao sesungguhnya menawarkan banyak tempat  eksotik untuk dijelajahi terutama bagi yang gemar memacu adrenalin, apalagi Davao juga merupakan titik awal untuk menuju kota-kota di sekitarnya di Pulau Mindanao yang menawarkan berbagai wisata adventure seperti Eden National Park, Wakeboarding, Rafting, Mount Apo Hiking, Zip Line, dan masih banyak lagi.

Zipline at Kapatagan
"Becak Motor" di kota Digos
Hari ketiga saya melanjutkan perjalanan ke kota Kapatagan yang berada di lereng gunung apo, gunung tertinggi di Filipina dengan menggunakan bus. Kota terdekat dari kota Kapatagan adalah Kota Digos yang berjarak sekitar 3 jam perjalanan dengan bus dari kota Davao. Digos, kota berhawa sejuk merupakan kota terbesar kedua di Mindanao setelah kota Davao. Cukup unik mengamati kehidupan masyarakat di kota Digos ini. Saya sempat takjub dengan pemandangan ojek motor yang ditumpangi 4-6 orang dalam satu motor dan itu merupakan pemandangan yang biasa saja disini. Wow! Saya hanya mampir sebentar di kota ini selama beberapa jam saja karena dari kota Digos, saya harus berganti kendaraan untuk menuju kota Kapatagan yang masih berjarak 1 jam dari kota Digos.

Kapatagan Traveler Fast Food
The woodland, Kapatagan
Mandi Air Panas di Kapatagan
Mengapa saya memilih ke Kapatagan? Kapatagan merupakan daerah dataran tinggi di lereng Gunung Apo yang sangat menarik. Banyak tempat menarik dan indah untuk disinggahi di Kapatagan yang juga merupakan titik awal untuk melakukan pendakian ke Gunung Apo. Namun saya sendiri tidak melakukan pendakian ke Gunung Apo dikarenakan waktu yang terbatas. Butuh waktu sekitar 3 hari 2 malam sendiri jika berniat mendaki gunung tertinggi di  Filipina ini. Yach, mungkin lain kali!

Pemeriksaan Polisi menuju Mount Apo
Pemandangan Gunung Apo dari Kapatagan
Banyak tempat menarik yang bisa saya datangi di Kapatagan ini. Menguji adrenalin dengan mencoba  Zip Line di Camp Sabros, berenang di Woodland, eksplore A gong House, mengenal pembuatan kopi luwak khas filipina (sivet coffee), dan mencoba mandi di beberapa mata air panas yang tersebar di beberapa lokasi adalah beberapa aktivitas yang saya lakukan di Kapatagan. Hawa pegunungan yang sejuk membuat pengalaman eksplore ke kota Kapatagan ini menjadi sangat menyenangkan dan tidak terasa seharian penuh saya berada di Kapatagan.

Pisang-Pisang siap untuk diekspor di Kota Kapatagan
Di Kapatagan inilah saya juga jadi bisa berkenalan lebih dekat dengan budaya warga mindanao. Selain terkenal dengan kopi luwaknya, ternyata Kapatagan juga terkenal dengan pisangnya untuk diekspor. Saya juga malah baru tahu kalau ternyata pisang juga bisa diekspore. Wah! Kapatagan di kota Digos merupakan alternatif yang cukup menarik untuk diekspore jika kita singgah agak lama di Mindanao, Filipina.

Hari terakhir di Mindanao, saya habiskan untuk santai di kota Davao saja, karena penerbangan saya kembali ke kota Manila dari Davao, sebelum bertolak kembali ke Jakarta. Main ke SM Mall di Davao, mencoba buah-buahan tradisional,  berburu kuliner olahan durian di Pasalubong, tempat yang menjual oleh-oleh khusus khas Filipina atau sekedar duduk-duduk di taman kota sambil mengamati aktivitas orang-orang. Perjalanan 5 hari yang sangat singkat di Mindanao. Alamnya yang sangat menakjubkan dan masih banyak surga alam lain yang tersembunyi disini tentu tak akan pernah saya lupakan. More Fun in Mindanao ^_^

Senin, 12 Januari 2015

EKSOTIKA GUNUNG KIDUL

Pantai Indrayanti, GunungKidul
Gunung Kidul selalu menawan. Salah satu kabupaten di provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) ini menawarkan banyak sekali wisata alam yang menarik. Sebetulnya saya sudah beberapa kali menyambangi kabupaten yang terletak di sebelah tenggara provinsi DIY ini atau sekitar 1,5 jam dari kota jogja, namun saya tidak benar–benar explore. Kunjungan saya selalu dalam waktu yang sangat singkat dan hanya sekedar mampir. Namun bertepatan dengan libur idul fitri tahun 2014 yang lumayan panjang, saya memutuskan untuk explore gunung kidul lebih lama, pun itu ternyata juga masih belum bisa explore semuanya karena saking banyaknya objek wisata alam disana.

Rupanya pemerintah daerah Gunung Kidul sadar betul mengenai potensi wisata alam yang ada di daerahnya. BIsa dibilang hampir segala macam wisata alam ada di gunung kidul mulai dari pantai yang jumlahnya puluhan, air terjun, puluhan goa alam dengan berbagai tipe, wisata rafting di sungai, off road sampai mendaki gunung purba di situs purba nglangeran.

Siap-Siap cave tubing di Goa Pindul
Antrian masuk ke Goa Pindul :p
Berhubung kedatangan saya bertepatan dengan libur hari raya lebaran, memang tempat wisata yang saya kunjungi kebanyakan penuh dengan pengunjung. Sangat sulit mengabadikan momen dengan angel yang pas karena saking banyaknya orang. Seperti misalnya ketika saya mencoba untuk tubing di goa pindul. Saya harus antri selama 1 jam hanya untuk masuk goa padahal saya hanya menghabiskan sekitar setengah jam di dalam goa. Ya minimal mengobati rasa penasaran saya. Harganya pun tidak mahal sudah termasuk guide. Berhubung saya sendirian maka saya digabung dengan rombongan lain. Yang agak unik waktu treking goa pindul dibandingkan dengan goa lain adalah untuk menyusuri goa pindul dari awal sampai akhir harus tetap mengenaikan pelampung karena kita menyusuri sungai yang berada di dalam goa dengan kedalaman yang lumayan dalam. Di tengah–tengah goa, terdapat suatu titik dimana cahaya matahari masuk ke dalam goa dan mengenai air dan membentuk siluet yang sangat cantik.

Goa Rancang Kencono, Gunung Kidul
Kawasan wisata goa pindul yang terkenal ini sebetulnya terletak di desa wisata bejiharjo, sekitar setengah jam berkendara dari Wonosari, ibukota Gunung Kidul. Nah, di desa wisata bejiharjo ini sebetulnya tidak hanya ada goa pindul saja, tapi setidaknya ada empat paket wisata yang ditawarkan yaitu, goa pindul, goa seriti, rafting sungai oyo, dan wisata off road. Saya hanya mengambil dua paket yaitu rafting dan trekking goa pindul karena saya pikir raftingnya sendiri bakal menghabiskan setengah hari sendiri.

Rafting kali oyo / sungai oyo ini harus dalam kelompok minimal 5 orang. Saya yang sendirian pun digabung sama kelompok lain. Jangan bayangkan raftingnya dengan memakai perahu karet berukuran sangat besar dan menerjang riak sungai yang sangat deras ya seperti rafting di sungai lain. Rafting di sungai oyo ini menggunakan ban yang dipakai masing-masing orang. Satu orang satu ban. Namun adakalanya di beberapa titik harus berjalan bergandengan agar tidak terpisah. Hal yang menarik dari rafting di sungai oyo ini adalah pemandangan tidak biasa di sepanjang kanan kiri sungai berupa bukit–bukit karst serta lompat dari tebing setinggi 10m di tengah–tengah rafting. Sangat seru! Tertarik? :)

Pantai Krakal
Sisi Lain Pantai Krakal
Hari berikutnya saya memutuskan untuk eksplore pantai-pantai di gunung kidul. Pantai – pantai di gunung kidul pun waktu itu penuh sesak sama orang – orang bahkan polisi sampai menetapkan sistem jalan satu arah dan sistem buka tutup menuju dan balik dari pantai – pantai di gunung kidul. Tapi apapun itu, tetap menarik untuk diexplore. Saya sendiri mencoba eksplore beberapa pantai mulai dari pantai krakal, indrayanti, sampai pok tunggal. Tidak cukup waktu saya untuk eksplore semuanya dalam satu hari. Mencoba naik ke atas bukit di pantai krakal untuk mendengarkan deburan ombak pantai selatan yang sangat kencang. Luar biasa memang keeksotikan pantai-pantai di Gunung Kidul.

Ganasnya Ombak Pantai Krakal
Beberapa larangan yang terlihat di Pantai-Pantai Gunung Kidul seperti berikut :




Hari terakhir di Gunung Kidul sebelum kembali bertolak ke Jogja dan kembali ke Jakarta, saya memutuskan untuk eksplore air terjun sri gethuk. Agak sedikit susah ternyata menemukan air terjun ini karena letaknya yang lumayan jauh dari jalan raya utama dan tidak banyak plang petunjuk jalan. Saya sampai harus bertanya berkali – kali kepada warga. Komplek air terjun sri gethuk ini ternyata sangat luas dan terdapat goa pula sebelum masuk ke kawasan air terjun. Untuk menuju air terjun harus menuruni anak tangga menuju pool boat/perahu yang akan mengantar kita ke air terjun. Air terjunnya sih tidak begitu deras tapi sungai yang dialiri air terjun ini sangat jernih. Enak sekali buat berenang. Hehe!

Air Terjun Sri Gethuk
Body Rafting menuju Air Terjun Sri Gethuk
Perahu Wisata Air Terjun Sri Gethuk
Hari sudah sangat sore ketika saya keluar dari kawasan air terjun sri gethuk. Kali ini saya benar-benar puas karena saya banyak explore ke tempat yang selama ini hanya saya lewati saja dan sudah lama saya rencanakan. Saya pun menyudahi perjalanan saya untuk eksplore gunung kidul dan kembali ke kota Jogja, tapi saya janji suatu hari nanti saya pasti kembali lagi. Ya, suatu hari nanti......

Minggu, 11 Januari 2015

JATIM TRIP : EXPLORE MERUBETIRI & ALAS PURWO NATIONAL PARK, BANYUWANGI

Menyusuri Sungai menuju Pantai Sukamade, Merubetiri
Taman Nasional Merubetiri yang terletak di perbatasan dua kabupaten di Jawa Timur yaitu di Jember dan Banyuwangi memang menawarkan banyak tempat menarik untuk di datangi. Banyak sekali pantai-pantai yang masih sangat bersih dan sepi dengan pasir putihnya yang khas di kawasan taman nasional ini. Ditambah pula karena jalan yang tidak memungkinkan untuk dilalui kendaraan biasa untuk mencapai pantai-pantai itu sehingga kami harus memakai kendaraan jeep membuat rasa lelah kami pun seolah terbayarkan ketika mencapai pantai-pantai tersebut.

Melihat penyu bertelur di Pantai Sukamade
Beberapa pantai yang ada di Taman Nasional Merubetiri yang kami datangi diantaranya, Pantai Sukamade dimana di pantai ini kami dapat menyaksikan secara langsung aktivitas penyu bertelur di  pantai. Memang tujuan utama kami ke Taman Nasional Merubetiri adalah ke Pantai Sukamade untuk menyaksikan langsung penyu bertelur di alam lepas, melihat penangkaran penyu dan melepas anak penyu (tukik) kembali ke lautan lepas. Perjalanan yang tidak bisa dibilang mudah untuk mencapai pantai sukamade ini, karena jeep yang kami tumpangi harus menerobos sungai dan mendaki bukit dengan jalanan berbatu.

Santai di Pantai Sukamade, Merubetiri, yang Sepi
Karena aktivitas penyu bertelur biasanya dimulai pada dini hari, kami pun memutuskan menginap di Pantai Sukamade malam itu. Ranger (sebutan bagi guide yang memandu kami untuk melihat penyu bertelur) dan kami pun harus menunggu dulu selama beberapa jam karena penyu sangat sensitif dengan cahaya dan suara. Akhirnya tak berapa lama sang ranger memberi kode lewat gerakan tangan bahwa sudah ada penyu yang mendarat dan bertelur. Momen melihat langsung penyu bertelur itu sulit dilukiskan dengan kata-kata. Dan sekarang saya pun akhirnya tahu mengenai fakta yang beredar bahwa penyu akan menangis sampai terlihat menitikkan air mata pada waktu bertelur ternyata benar adanya. Tahu mengapa demikian? :)

Santai di Pantai Teluk Hijau, Merubetiri
Pantai Teluk Hijau, Merubetiri
Keesokan harinya, kami memutuskan mampir ke dua pantai lain yang masih berada di kawasan Taman Nasional Merubetiri ini yaitu Pantai Rajegwesi dengan pantainya yang berkarang dan sangat luas, dan Pantai Teluk Hijau yaitu tipikal pantai yang nyaris tidak berombak karena berada disebuah teluk dengan warna hijau tosca yang sangat menggiurkan buat berenang. Hehe! Saya sangat suka dengan pantai teluk hijau ini. Sejauh pengalaman saya, ini pantai tercantik yang pernah saya temui yang berada di selatan pulau jawa. Jarang sekali ada pantai di kawasan selatan pulau jawa yang nyaris tidak berombak, berwarna hijau tosca, dan boleh / bisa buat berenang seperti pantai teluk hijau ini. Semoga kebersihan dan keindahan pantai teluk hijau ini tetap terjaga. Amin!

Rajegwesi, Merubetiri
Pantai Rajegwesi, Merubetiri
Kami menghabiskan sampai setengah hari di pantai teluk hijau ini sebelum melanjutkan perjalanan kembali ke Banyuwangi untuk menuju pantai pulau merah. Pantai pulau merah sangat ramai waktu kami sampai disana karena sudah sore dan menjelang sunset. Pantai yang lebih cocok untuk surfing ini juga ramai sekali dengan penjaja makanan dan rumah makan sea food yang bertebaran di sepanjang bibir pantai.

Menyusuri Pantai Pulau Merah
Pantai Pulau Merah, Banyuwangi
Hari berikutnya, kami melanjutkan perjalanan kembali ke Taman Nasional Alas Purwo. Taman Nasional Alas Purwo terletak di Paling Ujung Jawa Timur di kabupaten Banyuwangi dan sudah sangat dekat sekali dengan pulau Bali. Butuh waktu sekitar 8-10 jam dari Surabaya. Banyak tempat menarik di Taman Nasional ini yang patut disinggahi, termasuk puluhan pantainya yang berpasir putih dan bersih. Begitu memasuki kawasan Taman Nasional Alas Purwo, kami langsung dihadapkan pada hutan pohon jati yang sangat padat dengan pohon-pohon yang sangat tinggi. Sangat berbeda dengan Taman Nasional Merubetiri yang lebih heterogen dengan kondisi berbukit-bukit.

Padang Sabana Sadengan, Alas Purwo
Tujuan utama kami ke padang savana sadengan untuk melihat aktivitas langsung banteng dan rusa di alam lepas. Namun sayang sepertinya siang itu, para banteng dan rusa seperti malu untuk menampakkan diri dan mendekat ke lokasi pengamatan. Kami hanya bisa melihat banteng dan rusa itu dari jauh dengan teropong, yang jika dilihat dengan mata telanjang hanya seperti titik-titik kecil yang bergerak.

Pantai Trianggulasi, Alas Purwo
Pantai Pancur, Alas Purwo
Pantai Pancur, Alas Purwo
Beberapa pantai di Taman Nasional Alas Purwo yang sempat kami singgahi seperti pantai trianggulasi dan pantai pancur, masih merupakan tipikal pantai yang lumayan ramai dengan turis meski sudah masuk jauh ke dalam Taman Nasional. Sebetulnya masih banyak pantai yang sepi yang bisa didatangi di Taman Nasional Alas Purwo seperti pantai plengkung yang biasa buat surfing bule-bule dari Bali. Karena keterbatasan waktu, kami tidak explore semua pantai di Taman Nasional Alas Purwo, ya mungkin lain waktu jika diberi waktu lebih mungkin akan kembali lagi ke pantai-pantai tersembunyi lainnya. ^_^

Kamis, 08 Januari 2015

JATIM TRIP - SURABAYA ( THE LAST DAY)

Gedung Walikota Surabaya
Dua hari satu malam saya habiskan di kota Pahlawan ini, menutup rangkaian perjalanan saya keliling kota-kota di Jawa Timur sebelum kembali lagi ke kota Jakarta. Setelah sebelumnya saya menghabiskan malam di kota Malang yang sejuk, kali ini sebagai penutup perjalanna, saya mampir ke kota Surabaya. Postingan saya sebelumnya selama di kota Malang dapat dilihat disini: http://www.aufasidix.blogspot.com/2015/01/eksplore-malang-dan-pantai-pantainya.html


Ikon kota Surabaya
Kebun Binatang Surabaya
Sebelum sampai kota surabaya. Saya sempat mampir dulu ke rumah teman saya di Sidoarjo, kota sebelum surabaya sekaligus mampir ke masjid Agung Sidoarjo dan Museum Mpu Tantular yang berada di Sidoarjo. Saya pun meminta pendapat teman saya mengenai itinerary saya selama di Surabaya nanti. Perjalanan dari Sidoarjo ke Surabaya cukup menghabiskan waktu 1 jam saja.

Malam hari di surabaya, saya habiskan untuk berburu kuliner di G-Walk, di kawasan citra world, yang mengusung slogan “Singapore of Surabaya”, merupakan tempat yang sangat menarik dan modern dan pas sekali buat hang out dengan teman-teman dan menutup malam dengan kongkow-kongkow di Loop, salah satu tempat hang out dan pusat kuliner yang terkenal yang lokasinya terletak di sekitar Pakuwon Trade Center. Surabaya sudah berubah banyak dibandingkan terkahir saya ke kota ini 2 tahun sebelumnya dimana sekarang Surabaya sudah semakin modern dan semakin menata kotanya dengan lebih cantik lagi.

Heritage Ciy Tour
Gedung House of Sampoerna
Keesokan paginya, setelah saya melakukan riset sebelumnya, saya tertarik untuk eksplore kota tua Surabaya dengan bus gratis dari House of Sampoerna (HOS). Saya pun mencoba “Heritage Ciy Tour” dengan bus gratis yang disediakan oleh Museum House of Sampoerna (HOS) selama sekitar 1.5 jam mengelilingi kawasan kota tua Surabaya dan bangunan-bangunan peninggalan Belanda. Tour dimulai dari jam 8 pagi. Di Sepanjang perjalanan pun dijelaskan sama guide mengenai bangunan – bangunan bersejarah yang kita lewati dan sejarah kota Surabaya. Sangat informatif. Mantap lah! Banyak gedung tua dan bersejarah yang dilewati dan bahkan beberapa diantaranya kita diajak masuk seperti ke kantor walikota Surabaya, gedung Balai Pemuda, dll.

Balai Pemuda
Masjid Sunan Ampel
Puas mengelilingi kota tua Surabaya, saya pun melanjutkan perjalanan ke kawasan Masjid Sunan Ampel, salah satu masjid bersejarah di Surabaya yang selalu ramai dikunjungi peziarah Sunan Ampel setiap saat. Agak sedikit kesulitan saya sebetulnya untuk mencari letak masjid ini, dan sempat berkali-kali bertanya kepada warga karena lokasinya yang berada di tengah-tengah pemukiman warga. Banyak peziarah yang datang kesana waktu saya datang.

Tugu Pahlawan
Kuliner Sate Klopo
Monumen Kapal Selam
Dari kawasan masjid sunan ampel, saya melanjutkan perjalanan kembali ke kawasan Tugu Pahlawan, namun sayaang saya kesiangan sehingga tidak bisa masuk ke Museumnya yang terletak di bawah tanah. Damn! Ya sudah lah, lain kali pasti ada kesempatan lagi. Hehe! Mampir pula ke Monument Kapal Selam yang terletak di seberang Stasiun KA  Gubeng dan cukup membayar Rp. 5ribu untuk masuk museum.  Museum yang terbuat dari bekas kapal selam ini pun sangat kecil dan kita harus bergantian dengan orang lain untuk masuk namun tidak jauh dari museum ada ruangan khusus yang menampilkan film mengenai kejayaan angkatan laut kita. Bagus!

Surabaya Herritage Tour
Berbicara tentang wisata kota Surabaya, tentunya tidak lepas dari wisata kuliner. Pada kunjungan saya sebelumnya saya sudah mencoba rawon setan dan rujak cingur. Kali ini saya ingin mencoba sate klopo yang terletak tidak jauh dari stasiun gubeng. Lumayan enak! Tidak banyak yang bisa dilihat di kota Surabaya sebetulnya apalagi ditambah dengan cuaca Surabaya yang cukup panas. Namun wisata kuliner yang beragam dan wisata herritage dengan kawasan kota tuanya yang cukup tertata rapi bisa menjadi pilihan yang patut dipertimbangkan jika kita mengunjungi kota Surabaya, sebagai kota transit untuk mengunjungi kota-kota lainnya di Jawa Timur.