|
Bukit Mando'o, Rote |
Pulau Rote, masuk wilayah Kabupaten Rote Ndao,
Provinsi Nusa Tenggara Timur. Merupakan pulau paling selatan di Indonesia. Bahkan
lokasinya lebih dekat dengan kota Darwin di Australia dibandingkan dengan
Ibukota Jakarta. Perjalanan saya menuju Pulau Rote sendiri sebetulnya bisa
dibilang dadakan. Ide untuk ke Pulau Rote muncul ketika saya dengan beberapa
teman dari Kupang sedang kongkow di
salah satu kafe di kota Kupang ketika saya mengunjungi kota Kupang, dan salah
seorang teman tiba-tiba mencetuskan rencana untuk jalan-jalan ke Pulau Rote.
Saya yang pada waktu itu memang sedang transit saja di kota Kupang selama 2
hari setelah sebelumnya eksplore Flores dan sambil menunggu waktu kembali ke
Jakarta, segera menyetujui ide untuk jalan-jalan ke Pulau Rote tersebut. Hasil googling singkat, ternyata banyak juga
objek wisata di Pulau Rote yang bisa saya kunjungi.
Ada dua cara untuk menuju Pulau Rote dari kota
Kupang, yakni dengan pesawat maupun kapal. Saya memilih menggunakan ferry atau
kapal lambat menuju Pulau Rote dari Pelabuhan Bolok, Kupang pagi-pagi sekali.
Perjalanan dari Kupang ke Pulau Rote dengan ferry
memakan waktu sekitar 4-5 jam. Sebetulnya ada pilihan yang lebih cepat dengan
harga yang tidak terlalu mahal yakni dengan menggunakan speedboat atau kapal cepat yang dapat ditempuh dalam waktu 2 jam saja.
Karena saya juga tidak terlalu terburu-buru akhirnya saya memilih
mengkombinasikan moda transportasi yakni menuju pulau rote dengan kapal ferry
dan nanti pulang kembali ke kota Kupang menggunakan kapal cepat agar dapat
merasakan pengalaman yang berbeda. Setelah 5 jam perjalanan, ferry yang saya
naiki akhirnya berlabuh di pelabuhan Pantai Baru, Rote. Dari pelabuhan Pantai
Baru menuju kota Ba’a, Ibukota Kabupaten Rote Ndao masih sekitar 1 jam lagi
berkendara.
|
Bersama teman-teman di bukit mando'o |
Pilihan terbaik untuk eksplore Pulau Rote tentu saja
dengan menggunakan kendaraan sendiri, bisa dengan sewa sepeda motor atau mobil
di beberapa hotel di kota Ba’a yang menawarkan jasa rental kendaraan. Saya bersama
dengan lima orang teman dari Kupang memutuskan untuk mengunjungi salah seorang
teman satu lagi yang memang tinggal di Pulau Rote dan bersama-sama eksplore
pulau Rote. Kesan pertama saya terhadap pulau Rote adalah gersang dan berdebu,
apalagi waktu itu sedang banyak sekali pengaspalan dan pembukaan jalan baru
sehingga wajib hukumnya memakai masker jika menggunakan sepeda motor karena
jalanan yang berdebu. Banyak sekali sabana atau padang rumput dengan sapi atau
bahkan kuda liar yang dengan bebasnya merumput. Saya tidak menyangka jika
ternyata di Indonesia juga ada sabana yang sangat luas seperti itu. Sungguh
pemandangan yang sangat memanjakan mata. Jika kita memutuskan untuk berkendara
sendiri untuk menjelajahi pulau rote, maka hal yang patut diwaspadai ialah
banyaknya babi yang terkadang menyeberang ke jalan dengan tiba-tiba sehingga
kita harus ekstra waspada agar tidak menabrak babi-babi tersebut yang memang
biasanya dilepas begitu saja sama warga.
Hari sudah cukup siang ketika saya tiba di Pulau
Rote. Saya dengan beberapa teman memutuskan untuk tidak menyia-nyiakan waktu
dan segera tancap gas untuk menuju objek wisata pertama kami yakni Bukit Mando’o atau lebih dikenal oleh penduduk
setempat dengan tangga tiga ratus. Merupakan titik paling selatan pulau Rote
dan dari atas Bukit Mando’o ini terlihat jelas
samudra hindia dengan ombaknya yang tinggi. Sempat tersesat beberapa kali
karena kami hanya menggunakan navigasi dari google
map dan jalan menuju kesana pun masih berupa jalan kecil serta sebagian
belum diaspal. Pemandangan dari atas bukit sangatlah indah dan tampak beberapa
gugusan pulau karang yang hanya nampak saat air laut sedang surut.
|
Pantai Nemberala |
|
Pasir Merica Pantai Nemberala |
|
Menunggu sunset di Pulau Rote |
Menjelang sore hari, kami segera bergegas menuju
Pantai Nemberala, salah satu pantai favorit untuk surfing sekaligus hunting
sunset. Pantai Nemberala ini cukup terkenal di kalangan turis asing dengan
banyaknya resort di kawasan pantai
ini. Sunset disini bisa dibilang memang
sangat sempurna karena pantai ini menghadap ke arah barat dan langsung
berhadapan dengan samudra hindia. Ombak yang besar dan pasir yang khas
berukuran sebesar merica merupakan ciri khas dari Pantai Nembrala.
Hari Kedua di Pulau Rote, saya sempatkan untuk
mengunjungi kawasan wisata Batu Termanu, sebuah batu raksasa yang berada di
pinggir pantai. Menuju Batu Termanu ini juga sangat mudah karena terletak tidak
jauh dari jalan utama dari kota Ba’a menuju pelabuhan pantai baru. Suasana
sangat sepi ketika saya sampai batu termanu karena hari masih pagi namun cuaca
sudah cukup panas dan terik. Apalagi kontur tanah di Pulau Rote yang gersang
dan kering. Namun gradasi warna birunya laut dengan sabana yang sangat luas di
sekitar batu termanu menyajikan pemandangan yang membuat saya betah
berlama-lama disitu.
|
Pantai Tiang Bendera |
|
Pantai Tiang Bendera |
Menjelang siang, saya segera bergegas menuju kota
Ba’a. Tujuan saya kali ini adalah ke pantai tiang bendera yang terletak tidak
jauh dari kota Ba’a. Pantai Tiang Bendera sering dijuluki sebagai tanah lot-nya pulau rote karena
gugusan bukit karang yang berserakan di Pantai. Apalagi jika pantai sedang
surut, maka bukit karang tersebut nampak menjulang tinggi di bibir pantai. Letaknya
yang tidak jauh dari kota Ba’a menjadikan pantai ini sebagai pilihan yang tepat
untuk melihat sunset tanpa harus bersusah payah untuk menuju ke pantai
tersebut.
|
Sabana di Pulau Rote |
|
Sapi-Sapi Pulau Rote yang dibiarkan berkeliaran |
|
Kuda-Kuda liar pulau Rote |
Pulau Rote terkenal dengan budidaya lontarnya yang
biasa dibuat alat musik
sasando dan topi adat
Ti’i Langga yang sudah sangat terkenal sampai ke mancanegara.
Bahkan bentuk kantor bupati Rote Ndao menggunakan simbol topi adat
Ti’i Langga yang merupakan topi adat kebanggaan warga rote.
Saya sendiri berkesempatan untuk melihat langsung proses pembuatan topi adat
Ti’i Langga ini di salah satu rumah warga setempat yang merupakan pengrajin topi
Ti’i Langga. Sedangkan alat musik
sasando digunakan sebagai bentuk bangunan kantor gubernur NTT yang megah yang
terletak di kota Kupang.
|
Bersama Pengrajin Topi Ti'i Langga |
Sebetulnya masih banyak tempat di pulau Rote yang
ingin saya jelajahi seperti pantai Inaoe dan pantai oseli yang tersembunyi dan lebih sepi. Namun karena
keterbatasan waktu, saya pun harus segera kembali ke kota Kupang untuk mengejar
pesawat kembali ke Jakarta. Pulau Rote yang sekilas tampak kering dan gersang,
ternyata juga menyajikan pemandangan yang sangat indah dengan padang sabananya
yang luas dan pantai-pantainya yang berombak besar dan berpasir putih.
Savananya Indah banget Mas Aufa. Keren kayak di Afrika
BalasHapusiyaaa. di NTT emang banyak sabana terutama di rote dan di sumba juga katanya banyak savana
BalasHapusNTT salah satu travel bucket list yang belom kesampaian nih, baru sampe Sumbawa :D
BalasHapusCheers,
Dee - heydeerahma.com
semoga kesampaian ke rote ya mas...
HapusWooouw.... Ingin segera ku kesana. Cerita pengrajin topi dan indahnya pantai nemberala bangkitkan asa tuk datang. Cerita Perjalanan yg bermanfaat. Makasih
BalasHapushai pembersih kaca, makasih dah mampir. thanks
HapusKeren... Subhanalloh..
BalasHapushehe.. makasih ya
HapusSaat di rote menginap di pemginapan apa mas? Adakah kontak orang lokal rote yg bisa membantu memberi informasi seputar tempat2 wisata dan sewa motor/mobil?
BalasHapusfix mantap banget ini.. indonesia memang kaya akan tempat indah
BalasHapussalam dari Berita Kuliner Terbaru min