Selasa, 26 Mei 2015

EXPLORE MYANMAR, DAY 5 (MANDALAY)

View from Mandalay Hill

Ini merupakan kelanjutan cerita saya setelah sehari sebelumnya eksplore kota Bagan dalam rangkaian perjalanan saya mengelilingi negeri Myanmar. Cerita saya sebelumnya pada waktu di kota Bagan dapat dilihat disini :


Tidak jauh perjalanan dari Bagan ke Mandalay. Saya yang menggunakan bus malam dari Bagan hanya membutuhkan waktu sekitar 5 jam perjalanan saja. Berangkat dari terminal Bagan jam 11 malam dan sampai terminal Mandalay jam 4 pagi. Begitu sampai Mandalay, saya bersama teman-teman langsung dikerubutin sopir-sopir taxi. Kami pun ngotot-ngototan dengan sopir taxi untuk mendapatkan harga terbaik sewa taxi seharian keliling kota Mandalay. Pilihan paling bijak untuk mengelilingi kota Mandalay jika kita pergi secara berkelompok memang sewa taxi karena jatuhnya akan lebih murah dan lebih cepat. Memakai angkutan umum mungkin bisa namun angkutan umum tidak selalu ada setiap saat pun tidak menjangkau semua objek wisata terlebih lagi bus-bus di Mandalay memakai huruf keriting semua. Bisa ikutan keriting ntar jika harus memakai angkutan umum. Hehe! Jika kita pergi sendiri dan dirasa mahal jika sewa taxi, maka pilihan untuk sewa ojek seharian akan lebih bijak.

Jam 4 pagi tepat kami segera bergegas ke Mahamuni Paya Pagoda untuk menyaksikan prosesi sakral membersihkan wajah budha dan mengganti kain yang menutupi tubuh budha. Prosesi yang dimulai tepat jam 4.30 pagi sampai jam 5.30 pagi setiap hari ini diiringi dengan alunan musik budhis yang sangat indah. Suasana sangat ramai pagi itu. Ada ratusan pengunjung pagoda yang sengaja datang pagi-pagi untuk menghadiri prosesi sakral ini. Yang paling unik dari prosesi ini ialah di pintu masuk pagoda, sebelum acara dimulai telah berjajar berbagai jenis makanan yang merupakan sumbangan penduduk setempat untuk diberikan kepada para biksu. Sayangnya saya tidak boleh icip-icip makanannya :)

Prosesi Sakral di Mahamuni Paya Pagoda

Para Pemain Musik Budhis di Mahamuni Paya Pagoda
Makanan buat diberikan kepada para biksu
Acara bersih-bersih di Mahamuni Paya Pagoda
Sekitar jam 5.30, setelah serangkaian acara sakral membersihkan wajah Budha di Mahamuni Paya Pagoda selesai, kami segera bergegas ke Mandalay Hill untuk mengejar sunrise dari atas pagoda yang terletak di puncak Mandalay Hill. Sayang pagi itu cuaca berawan sehingga matahari tidak nampak dengan jelas. Hanya semburat cahaya kekuningan saja yang menunjukkan kedatangan sang matahari. Suasana mandalay hill itu tampak lenggang dan sepi. Dari atas Mandalay Hill yang terletak di sebuah bukit di belakang komplek istana Mandalay ini tampak dengan jelas suasana kota Mandalay dengan jalanannya yang berbentuk persegi dan teratur. Betah kami berlama-lama disini karena pemandangan yang bagus dan suasana yang sangat tenang. Pagi itu suasana pagoda juga masih sepi dan tidak ada orang yang beribadat. Untuk menuju pagoda di Mandalay Hill harus menaiki ratusan tangga ke atas. Meskipun cuaca berawan sehingga matahari tidak nampak, namun pemandangan kota Mandalay di bawah sangatlah jelas.

Mandalay Hill
Mandalay Hill Pagoda
Pagi harinya, kami langsung melanjutkan perjalanan ke komplek Mandalay Palace atau Istana Kerajaan Mandalay yang berbentuk persegi dan dikelilingi sungai dan pagar yang tinggi setelah sebelumnya sarapan kuliner khas Myanmar terlebih dahlu.. Komplek Mandalay Palace sebetulnya sangat lah luas, namun hanya sebagian kecil saja yang bisa dikunjungi oleh turis. Untuk masuk Mandalay Palace dan semua pagoda yang ada di Mandalay dikenakan tiket terusan sebesar 10.000 kyat (sekitar Rp 120.000). Selain Istana, ada banyak pagoda dan monestary yang bisa dikunjungi dengan tiket terusan ini. Lumayan worth it lah!

Meskipun hanya sebagian kecil dari komplek Mandalay Palace yang bisa dikunjungi, namun karena kompleknya yang cukup luas, kami pun bisa menghabiskan waktu berjam-jam disini. Lumayan gempor juga!  Arsitektur bangunan Mandalay palace ini cukup indah dengan sentuhan khas Myanmar namun hampir semua bangunan yang ada di dalam komplek istana berarsitektur serupa dan berdempetan satu sama lain sehingga banyak bangunan kembar di komplek istana ini. yang patut disayangkan dari istana ini ialah kurangnya informasi bagi turis di setiap bangunan yang ada sehingga kami kurang mengetahui dengan lebih jelas sebetulnya apa fungsi dari masing-masing bangunan yang ada di dalam komplek istana Mandalay ini. Seharusnya penataan istana ini bisa dilakukan lebih baik. Ya semoga kedepannya lebih baik.

Gerbang Mandalay Palace
Komplek Mandalay Palace
Komplek Mandalay Palace
Selain komplek istana yang sangat luas dan beberapa pagoda, tempat menarik lain yang patut dikunjungi selama di kota Mandalay yakni Monastery, atau tempat tinggal dan tempat belajar bagi calon biksu yang masih belajar. Mungkin kalau di Indonesia mirip dengan Pondok Pesantren bagi umat muslim. Beberapa bangunan Monastery yang telah berusia ratusan tahun dengan bentuk bangunan yang unik. Beberapa yang saya rekomendasikan untuk dikunjungi ialah Shwenandaw Monestary dan Atumashi Monestary yang terletak di pusat kota Mandalay.

Shwenandaw Monestary bernuansa warna hitam sedangkan Atumashi Monestary bernuansa warna putih. Kedua bangunan ini letaknya saling berdekatan dan berjarak sekitar 200 meter saja sehingga bisa jalan kaki. Untuk masuk kedua monastery ini juga termasuk dalam tiket terusan sebesar 10.000 Kyat yang telah kami beli. tampak sepi monastery tersebut pada waktu saya datang. Mungkin karena weekdays. Tapi bangunan yang telah berusia ratusan tahun ini masih berdiri dengan kokoh. Takjub!!

Shwenandaw Monestary
Atumashi Monestary
Di Mandalay, saya merasakan lebih mudah menemukan kuliner dan street food  untuk dicoba dibandingkan kota-kota lain di Myanmar. Ada hal unik ketika saya bersama teman-teman sedang sarapan di suatu kedai makanan lokal di salah satu sudut kota Mandalay. ketika kami tengah asyik menyantap makanan, tiba-tiba masuk rombongan biksu - biksu kecil atau biksu anak-anak yang membawa kendi. Ternyata mereka meminta sumbangan baik makanan dan uang. Kakmi yang masih syok dan takjub dengan pemandangan tersebut tidak sadar memberi uang dan memasukkan uang tersebut ke dalam kendi. Padahal seharusnya jika kita kita memberi dalam bentuk uang, sebaiknya cukup dikasih ke tangan mereka, namun jika kita memberi makanan baru kita masukkan ke dalam kendi mereka. Dan orang- orang lebih banyak memberi dalam bentuk makanan ternyata. Pemandangan biksu-biksu yang berjajar meminta makanan di pagi hari ini merupakan pemandangan biasa di kota Mandalay dan kota-kota lainnya di Myanmar. Sayang saya lupa mengabadikan momen tersebut.

Myanmar Street Food
.
Burmese Papaya Salad
Begitu banyak pagoda menarik yang dapat dikunjungi selama di kota Mandalay yang merupakan kota terbesar kedua di Myanmar. Karena hanya sehari saya di kota ini, saya pun memilih untuk mengunjungi beberapa pagoda saja. Beberapa pagoda yang menurut saya sangat menarik yaitu Sandamuni Pagoda dan Kuthoday Pagoda  yang letaknya saling berdekatan. Pagoda ini menurut saya sangat menarik dan unik karena warnanya yang putih mencolok sementara kebanyakan pagoda di Myanmar berwarna kuning keemasan. bentuknya pun berupa kumpulan pagoda-pagoda kecil berwarna putih dengan satu pagoda utama di tengah-tengah sementara pagoda lainnya hanya berupa satu pagoda besar saja. 

Bersama gadis Myanmar di Sandamuni Pagoda :)

Sangat singkat sebetulnya kunjungan saya ke kota Mandalay. Namun kota Mandalay yang berjarak 11 jam perjalanan darat dari kota Yangon ini memang menyuguhkan banyak pemandangan menarik dengan pagoda-pagodanya yang khas. Tunggu cerita saya berikutnya di kota Inwa, Amarapura dan Mingun yang terletak 1 jam saja dari kota Mandalay dalam rangkaian perjalanan saya eksplore "The Golden Land", Myanmar

Ceritta saya hari berikutnya pada waktu explore kota Inwa, Mingun dan Amarapura dapat dilihat disini : http://aufasidix.blogspot.co.id/2015/06/explore-myanmar-day-6-inwa-amarapura.html



Tidak ada komentar:

Posting Komentar