|
Royale Palace, Phnom Penh, Kamboja |
Phnom Penh, Ibukota Kamboja cukup
menarik untuk didatangi. Meskipun sebagai ibukota negara, lalu lintas dan
kepadatan kota ini masih tidak terlalu ramai. Saya pun menyempatkan diri
menginap dua malam di kota ini setelah sehari sebelumnya saya eksplore kota Siem Riep dengan Angkor Wat-nya dalam rangkaian perjalanan saya mengunjungi negeri Kamboja.
Cerita saya sebelumnya pada waktu eksplore Angkor Wat di Siem Riep dapat dilihat disini :
http://www.aufasidix.blogspot.com/2015/06/eksplore-angkor-wat-kamboja.html
Saya menggunakan bus malam dari Siem Riep untuk menuju kota Phnom Penh. Bus Malam di kamboja rata-rata merupakan
sleeper bus dimana kita bisa tidur sepanjang perjalanan. Ada banyak pilihan bus malam dari Siem Riep ke Phnom Penh maupun sebaliknya dengan harga yang cukup bervariatif. Saya sendiri pesen bus di hotel tempat saya menginap di Siem Riep dan termasuk antar jemput ke hotel.
Selama di Phnom Penh, saya menginap di daerah
central market yang merupakan daerah backpacker. Selain karena murah, pertimbangan lainnya karena lokasi ini berada di pusat kota dan sangat strategis ke tempat - tempat wisata utama di kota Phnom Penh seperti Royale Palace, National Museum, Wat Phnom, dan Silver Pagoda. Sangat pas buat yang ingin menghemat budget karena banyak tempat menarik yang bisa dikunjungi dengan jarak yang berdekatan.
|
Royale Palace Park, Phnom Penh |
Royale Palace merupakan tempat yang secara statistik paling banyak dikunjungi oleh wisatawan yang berkunjung ke Phnom Penh termasuk saya. Kawasan Istana yang sangat besar dan cantik dengan
arsitekturnya yang khas Kamboja sangat mencolok dan kontras diantara bangunan lain disekelilingnya. Terletak di tengah kota Phnom Penh, Royale Palace sangat mudah didatangi. Komplek Royale Palace ini sangatlah luas dan yang paling terkenal dari Royale Palce ini ialah keberadaan Silver Pagoda yang berada di dalam komplek Royale Palace. Di depan royale palace, terdapat taman yang sangat luas dengan ratusan burung merpati yang bertebangan kesana kemari. Indah sekali!
Tidak jauh dari Royale Palace, terdapat museum nasional kamboja, Tampak dari luar museum ini tidak terlalu besar dengan bangunan yang khas arsitektur kamboja dengan nuansa warna merah. Dengan membayar tiket masuk sebesar 5 $, Tidak banyak yang bisa diceritakan di museum ini, meskipun sebagai museum nasional namun ternyata tidak terlalu luas. Museum ini kebanyakan menyimpan barang-barang peninggalan kerajaan angkor di masa silam yang sebagian besar juga ada di Museum Siem Riep. Namun saya suka dengan gaya arsitektur museum yang unik dan terlihat sangat mencolok dibandingkan bangunan disekitarnya.
|
Cambodia National Museum |
|
Cambodia National Museum |
Untuk transportasi di dalam kota Phnom Penh, saya memutuskan untuk menggunakan tuktuk yang banyak bertebaran dimana-mana. Sebetulnya jika sendirian, bisa menggunakan jasa ojek. Hanya saja saya tidak begitu menyarankan jika eksplore kota Phnom Penh dengan menggunakan ojek. Selain cuaca yang sangat panas dan berdebu di jalanan kota Phnom Penh, jarang sekali tukang ojek menyediakan helm untuk penumpangnya. Hal ini saya alami waktu sewa ojek dari hostel saya di kawasan central market ke ladang pembantaian di Chong Ek yang berjarak 1 jam perjalanan. Saya tidak mengenakan helm sama sekali ditambah jalanan berdebu. Wah, kapok saya naik ojek di Phnom Penh. hehe!
Di Kamboja saya memang nyaris tidak menemukan taksi sama sekali. Tuktuk merupakan angkutan yang sangat lazim digunakan oleh penduduk maupun turis termasuk di ibukota Phnom Penh. Satu hal yang harus diperhatikan jika naik tuktuk di Phnom Penh ialah berhati-hatilah dengan bawang bawaan kita, terutama jika kita mau memotret dalam kondisi tuktuk sedang berjalan. saya pernah diingatkan sama sopir tuktuk agar tidak memotret sewaktu di dalam tuktuk karena banyaknya copet yang bisa saja setiap saat menyambar kamera yang sedang kita pegang. Dompet atau kamera pun jangan kita pegang tapi sebaiknya dimasukkan ke dalam tas atau di dalam saku kita. Garis-garis kemiskinan memang masih tampak nyata di beberapa sudut kota Phnom Penh sehingga sangat wajar jika kriminalitas cukup tinggi di kota ini.
|
Tuktuk |
Jika kita berkunjung ke Phnom Penh dan berniat untuk berburu soevenir khas Kamboja, maka russian market merupakan tempat yang sangat pas. Banyak sekali penjaja soevenir dengan harga yang sangat murah disini. Suasanya lebih mirip ke pasar tradisonal dengan kios-kios sempit dan lalu lalang manusia yang penuh sesak tapi justru disitulah seninya. Jangan lupa untuk menawar harga jika kita berburu oleh-oleh di Russian Market seperti yang saya lakukan. Jika kita memang orang yang suka berbelanja, saya pikir kita akan betah berlama-lama di Russian Market ini. Entah mengapa dinamakan Russian Market, apakah dulu banyak orang rusia yang belanja disini atau tinggal di sekitar pasar ini. Saya kurang tahu. Yang jelas, Russian Market merupakan tempat yang sangat oke buat belanja dan berburu souvenir di Phnom Penh.
|
Pedagang Souvenir di Russian Market |
|
Independent Monument |
Selama di Phnom Penh, saya pun tidak lupa menyempatkan diri mengunjungi Wat Phnom,
salah satu Wat terbesar di Phnom Penh. Lokasi Wat Phnom pun tidak jauh dari
central market tempat saya menginap. Dengan ukurannya yang sangat besar, Puncak
Wat Phnom yang menjulang tinggi sudah terlihat dari kejauhan. Sangat cantik! Dengan arsitektur yang khas Kamboja dan warna pink, terlihat sangat mencolok dibandingkan banguan lain di sekitarnya. Untuk menuju puncak wat, saya harus menapaki beberapa puluh anak tangga menuju ke atas. Di atas Wat Phnom, ada pagoda kecil tempat penduduk setempat bersembahyang. Wat Phnom ini letaknya memang agak di atas sebuah bukit dengan taman-taman cantik yang mengelilingnya. Suasa yang sangat teduh dan tenang membuat saya betah berlama-lama disini.
|
Masuk Wat Phnom |
|
Wat Phnom |
Selama di Phnom Penh, saya pun tidak lupa menyempatkan untuk icip-icip kuliner khas kamboja, salah satunya Amok. Semacam sup dengan kuah yang sangat kental dan aroma rempah-rempah yang sangat kuat. Amok ini sendiri ada 2 macam yaitu Amok Ayam dan Amok Ikan. Rasanya pun saya pikir sangat cocok dengan lidah orang Indonesia. Yummy. Sayang, saya agak susah enemukan makanan khas kamboja yang bisa dibawa pulang ke Indonesia.
|
Amok, Cambodia Traditional Food |
|
Phnom Penh Street Food |
Berbicara tentang Phnom Penh pada
khususnya atau Kamboja pada umumnya, tentu tidak terlepas dari sejarah kelam
negeri itu waktu dilanda perang saudara di akhir tahun 1970an dimana pada waktu
itu kamboja kehilangan lebih dari ¼ dari total populasinya dan dikenal sebagai
salah satu tragedi kemanusian terbesar yang pernah ada dalam sejarah dunia.
Sisa-sisa pembantaian tersebut masih dengan sangat jelas saya lihat di
kota Phnom Penh ini. Saya sempat
mengunjungi genoside museum yang dulu merupakan sebuah penjara tempat dimana
jutaan orang dari seluruh negeri disiksa dan dibantai disini. Ditampilkan pula foto-foto pada waktu penyiksaan dan alat yang digunakan untuk menyiksa pada waktu itu. Sangat mengerikan!
|
Alat Siksa di Genocide Museum |
|
Genocide Museum |
Saya juga menyempatkan diri ke bekas
ladang pembantaian di Chong Ek yaitu tempat bekas pembantaian dan
penguburan massal orang-orang yang ditangkap pada waktu kamboja masih di bawah
rezim Pol Pot. Saya pun seakan ikut terhanyut dengan tragedi masa lalu itu. Ya,
perang saudara di Kamboja pada masa lalu mungkin masih menimbulkan bekas luka
yang mendalam di sebagian besar masyarakat kamboja. Ribuan tengkorak manusia masih dipajang di moumen peringatan di Chong Ek sebagai pengingat masa-masa kelam tersebut.
|
Ribuan Tengkorak di Ladang Pembantaian Chong Ek |
Meskipun sekarang Kamboja
sudah terbebas dari perang saudara, namun kemiskinan masih sangat terlihat
dengan jelas disini. Kamboja seperti masih tertatih-tatih untuk mengejar
ketertinggalan dibandingkan negara-negara tetangganya di kawasan Asean yang
telah lebih dulu maju. Di Phnom Penh inilah, kita dapat melihat wajah kamboja
secara lebih jelas mulai dari sejarah masa lalunya, akulturasi budaya serta
kearifan lokalnya.
Tidak lama saya berada di Phnom Penh. Saya pun melanjutkan perjalanan ke kota Sihanoukville di ujung selatan Kamboja yang berjarak 5 jam perjalanan dari Phnom Penh yang terkenal dengan pantai-pantainya. Nantikan cerita saya selanjutnya waktu explore pantai di Sihanoukville dalam rangkaian perjalanan saya menyusuri negeri Kamboja.
....... (Bersambung)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar