Minggu, 23 September 2018

BANDA ACEH

Pantai Ulee Lheue, Banda Aceh
Sudah lama saya ingin menginjakkan kaki provinsi paling ujung barat dari Indonesia ini, bumi serambi mekah, Provinsi Nangroe Aceh Darussalam. Walaupun hanya weekend saja, akhirnya kesampaian juga saya untuk jalan-jalan ke Aceh. Karena saya hanya menghabiskan long weekend saja di Aceh sehingga saya hanya mampir ke kota Banda Aceh dan Pulau Weh. Saya mengngunakan maskapai low cost carrier dengan terlebih dahulu transit di kota Kuala Lumpur kemudian terbang ke Banda Aceh. Aneh memang jalan-jalan ke negeri sendiri namun harus ke Malaysia dahulu karena jika tiket dari Jakarta langsung ke Aceh atau transit di Medan cukup mahal. Karena saya datang ke ACeh dengan penerbangan internasional sehingga saya harus melewati imigrasi di Bandara Sultan Iskandar Muda. Tampak penumpang-penumpang lain kebanyakan warga Malaysia. Memang wisata aceh cukup terkenal bagi pelancong dari Malaysia terutama karena ada wisata tsunami dan wisata religi dimana aceh merupakan satu-satunya provinsi di Indonesia yang menerapkan hukum syariat islam.  


Bandara Sultan Iskandar Muda, Aceh
Dari bandara sultan iskandar muda, saya menyewa ojek untuk diantar ke pantai Ullee Lheue di ujung Banda Aceh, dekat dengan dermaga penyeberangan ke Pulau Weh. Dari Pantai  Ullee Lheue ini tampak pulau Weh di kejauhan. Yap, Pulau Weh yang terkenal bagi pecinta diving itu memang jaraknya cukup dekat dari Kota Banda Aceh. 

Saya sendiri tertarik ke Aceh karena tertarik dengan wisata tsunami aceh. Banyak sisa-sisa keganasan tsunami yang meluluhlantahkan Aceh pada Bulan Desember 2004 dan sampai sekarang masih dibiarkan begitu saja. Sebut saja ada kapal yang bertengger di atas rumah dan PLTD Apung, sebuah kapal raksasa yang karena dasaytnya Tsunami sampai terbawa ke tengah kota. Ada juga museum Tsunami Aceh yang sayang untuk dilewatkan. Di dalam museum Tsunami Aceh ini terdapat lorong gelap yang dapat kita coba untuk merasakan suasa mencekam di tanggal 26 Desember 2004 pagi hari kala itu ketika Tsunami datang.

Musuem Tsunami Aceh
Kapal di Atas Rumah
Saya juga sempat mengunjungi Masjid Raya  Baiturahman, Masjid terbesar di Aceh. Sayang pada waktu saja kesana sedang dilaksanakan perbaikan dan renovasi terutama renovasi di halaman selasar masjid sehingga kurang nyaman bagi jemaah jika hilir mudik di jalanan depan masjid untuk mengambil foto masjid. 

Di Dalam Masjid Baiiturrahman
Saya juga sempat mengunjungi rumah Cut Nyak Din, salah satu pahlawan wanita aceh yang dikenal gigih melawan penjajahan Belanda. Di rumah yang sekarang dijadikan sebagai museum inilah, Cut Nyak Din dan beberapa pengikutnya menyusun strategi melawan Belanda. Letak rumah Cut Nyak Din ini sangat gampang ditemui karena terletak di pinggir jalan raya kota Banda Aceh dan Pantai Lho-Nga. 
Rumah Cut Nyak Din

Tampak Samping Museum Rumah Cut Nyak Din
Karena saya ingin menikmati pantai yang bagus namun tidak terlalu jauh dari kota Banda  Aceh. maka saya memutuskan untuk mengunjungi Pantai Long-Nga di sisi barat kota Banda ACeh sekitar 40 menit sampai dengan 1 jam berkendara. Pantai ini merupakan daerah yang paling parah diterjang tsunami karena terletak di sisi barat aceh dan langsung menghadap Samudra Hindia. Masjid raya Long-Nga yang fotonya banyak beredar paska tsunami aceh, disebut-sebut sebagai satu-satunya bangunan yang masih kokoh berdiri walau diterjang tsunami aceh. Bagian dalam masjid yang retak-retak dan beberapa tiang yang roboh tetap dibiarkan seperti sedika kala sampai sekarang untuk mengingat kejadian tsunami tersebut.

Dalam Masjid Raya Long-Nga yang hancur diterjang Tsunami
 Masjid Raya Long-Nga 
Pantai Long-Nga
Pantai Long-Nga
Beberapa kuliner khas Aceh yang sempat saya coba seperti Mie Aceh, beberapa kue-kuean khas aceh, mie tarik, dan rujak aceh. memang kuliner aceh ini seperti mie aceh gampang ditemui di mana saja di daerah lain di Indonesia, namun merasakan sendiri mie aceh di temapt asalnya tentu memberikan sensasi tersendiri yang berbeda. hehe 

Mi Aceh

Rujak Aceh
Saya memang cukup singkat jalan-jalan kota Banda Aceh, hanya semalam saja saya di kota Banda Aceh, selanjutnya besoknya saya bersiap-siap untuk melanjutkan perjalanan kembali untuk menyebrang ke Pulau Weh dan menuju titik nol kilometer Indonesia di kota Sabang, Pulau weh.

Cerita saya selanjutnya pada waktu explore kota Sabang dan Pulau Weh dapat dilihat disini --> Sabang_PulauWeh

2 komentar:

  1. Hallo.. Assalamualaikum Mas Aufa, Saya Ilisa, mahasiswi Universitas Indonesia yang sedang melakukan penelitian untuk disertasi mengenai pariwisata ramah Muslim.

    Mas,kalau misalkan tidak keberatan, saya bisa minta tolong untuk bantu isi kuesiner online tentang pendapatnya mengenai wisata yang mas lakukan tsb? Saya perlu pandangan dari para traveller Muslim yang punya pengalaman spt mas. Pengisian kuesionernya memerlukan waktu sekitar 15-20 menit.
    Berikut linknya. https://www.surveymonkey.com/r/pariwisataramahmuslim

    Tinggal diklik dan isi. sebagai tanda apresiaasi, disediakan undian berupa voucher belanja masing2 Rp.500.000 untuk 20 responden yang beruntung pengundian vouchernya di November . Terimakasih sebelumnya ya mas. mohon maaf merepotkan 🙏

    BalasHapus