Beberapa
tahun silam, kota Sawahlunto tidak banyak dikenal orang. Kota yang bahkan mulai
ditinggalkan penduduknya yang kebanyakan bekerja sebagai penambang batubara
karena hasil dari tambang batubara yang terus menurun. Namun kini, kota
Sawahlunto dapat menyulap diri menjadi salah satu tujuan wisata favorit di
Sumatra Barat. Dengan mengusung konsep kota wisata tambang, bekas tambang
batubara yang sudah terlantar pun bisa diubah menjadi tempat tujuan wisata yang
menarik. Salut buat pemerintah kota Sawahlunto.
|
Masuk kota Sawahlunto |
Sehari sebelumnya saya eksplore kota Painan terlebih dahulu kemudian mampir sejenak di kota Padang untuk kemudian melanjutkan perjalanan kembali ke kota Sawahlunto. Perjalanan saya waktu eksplore kota Painan dapat dilihat di postingan saya sebelumnya di sini :
http://www.aufasidix.blogspot.com/2015/02/minang-trip-day-6-day-7-painan-pesisir.html
|
Gereja di Sawahlunto |
|
PT Bukit Asam, Sawahlunto |
Perjalanan
saya ke sawahlunto dari kota Padang memakan waktu sekitar 3 jam melewati kota
Solok. Kota Sawahlunto sendiri berbentuk seperti periuk raksasa dimana untuk
masuk ke kota ini, kita harus menuruni jalan yang menurun secara melingkar
terus – menerus sampai ke pusat kota Sawahlunto yang berada di bawah. Banyak
sekali tempat wisata menarik yang bisa didatangi di kota tambang ini sehingga
saya memutuskan untuk menghabiskan 2 hari 1 malam di Sawahlunto.
Memutuskan
bermalam di kota Sawahlunto berarti harus menentukan dimana tempat yang nyaman
buat bermalam? Apakah kota sekecil ini sudah mempunyai hotel? Pemerintah kota
Sawahlunto menyadari bahwa kotanya tidak mempunya banyak hotel namun sudah
mulai banyak turis berdatangan sehingga pemerintah kota Sawahlunto pun
bekerjasama dengan warga untuk menyediakan homestay bagi wisatawan. Saya
termasuk yang diuntungkan dengan banyaknya homestay yang tersebar di berbagai
sudut kota ini, pun akhirnya saya memilih menginap di homestay yang berada
tidak jauh dari lokasi tambang batubara mbah suro. Biaya menginap standar
sekitar 150-200ribu untuk dua orang termasuk sarapan, namun jika sendirian bisa
dinegosiasikan sama pemilik homestaynya. Memilih menginap di homestay kepunyaan
warga lokal sekaligus bisa berbaur dan melihat langsung aktivitas penduduk
lokal.
|
Stasiun Sawahlunto |
|
Masjid Sawahlunto |
|
Pasar Sawahlunto |
Salah
satu wisata utama di Sawahlunto adalah kereta wisata “Mak Itam” yang dulu
sering digunakan untuk mengangkut hasil batubara ke kota Padang dan sempat
tidak beroperasi namun kini dihidupkan kembali sebagai kereta wisata. Sayang
waktu itu keretanya sedang dalam perbaikan sehingga saya tidak bisa mencoba
sensasi menaiki kereta pengangkut batubara ini. Di stasiun Sawahlunto juga
terdapat museum Kereta Api dimana kita bisa belajar dan mengetahui bagaimana
dulu hasil tambang batubara dari Sawahlunto diangkut ke kota Padang pada zaman
penjajahan Belanda.
Kawasan
kota tuanya pun ditata dengan sedemikian cantik. Kota kecil dan masih dalam walking distance. Ada Gondam Ransum, yakni bekas dapur raksasa
pada waktu orang jawa dibawa kesini untuk dijadikan budak dan dipaksa bekerja
di tambang batubara. Orang – orang ini lah yang disebut dengan “Manusia
Rantai”, karena ketika mengangkut hasil tambang mereka dirantai satu dengan
lain agar tidak bisa kabur. Tidak heran di kota ini sebetulnya banyak sekali
warga keturunan jawa namun mungkin sudah tidak fasih lagi bahasa jawa, namun
dengan bahasa “campuran” minang jawa yang menjadi bahasa yang unik. Bahkan ada
kamusnya tersendiri untuk bahasa unik ini. Bahasa jawa bukan, bahasa minang pun
bukan. Penasaran??
|
Gondam Ransum |
|
Gondam Ransum |
Menghabiskan
malam di kota Sawahlunto ternyata sangat mengasyikkan. Bisa kulineran di taman
di depan kantor bukit asam atau menonton film di bioskop 4D. Ya, siapa sangka
kalau ternyata di kota sekecil ini terdapat bioskop yang menampilkan film 4D
seperti wahana film 4D di dunia fantasi Jakarta. Seru! Jalan kaki di kawasan
downtown pun sangat menyenangkan, hanya saja jika sudah lewat jam 10 malam
mungkin jalanan sudah sepi dan tidak terlalu ramai.
|
Habis Nonton Film 4D :) |
Keesokan
paginya, pagi-pagi sekali saya memutuskan untuk pergi ke Puncak Polan, sebuah
puncak yang berada di atas sebuah bukit dan bisa melihat pemandangan kota
sawahlunto dari atas. Niat awal sih ingin melihat sunrise dari atas puncak ini,
apa daya waktu itu sedang dalam kondisi berkabut tebal. Di Puncak pun tidak
kelihatan apa-apa.
|
Night Market |
Sebelum
berkemas dan meninggalkan kota Sawahlunto, saya memutuskan untuk mencoba wisata
tambang dan masuk ke lokasi tambang batubara terkenal “mbah suro” karena
letaknya yang di depan homestay saya. Awalnya sempat ragu, apakah lokasi
tambang ini aman, dan mengingat cerita mengenai zaman perbudakan terhadap
pekerja di tambang ini hampir mengurungkan niat saya. Namun ternyata untuk
masuk ke dalam tambang batu bara, ada guide khusus yang menemani dan harus
memakai peralatan khusus (topi dan senter). Kita pun diajak berdoa dulu sebelum
masuk tambang. Sayang tidak boleh foto-foto di dalam tambang, namun sensasi
berada di kedalaman dan kegelapan tambang sangat luar biasa dan sulit
dilukiskan dengan kata-kata. Guide yang menemani saya bahkan pernah cerita
pernah ada seorang pengunjung yang tiba-tiba langsung menangis ketika berada di
dalam. Wallahu alam!
|
Siap-siap masuk lubang tambang mbah suro |
|
Bekas Tambang Batubara Mbah Suro |
Sawahlunto,
kota kecil yang tenang namun bikin betah siapapun yang datang kesana karena
suasananya yang tenang dan tentram. Jika memutuskan untuk wisata ke kota
Sawahlunto, pasatikan menginaplah
minimal semalam. Trust me! :)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar