Minggu, 03 Mei 2015

EXPLORE MYANMAR, DAY 1-2 (YANGON)

Yangon City View
Myanmar, negara yang dulu terkenal tertutup karena krisis politik yang berkepanjangan tapi sudah mulai terbuka terhadap pendatang tahun-tahun belakangan ini memang sangat eksotik. Disebut sebagai The Golden Land, karena ribuan pagoda cantik yang tersebar di hampir seluruh pelosok negeri. Gampang sekali mengemukan pagoda untuk beribadat umat budha di Myanmar ini karena memang lebih dari 90% masyarakat Myanmar menganut agama budha. Di tiap sudut jalan hampir bisa dipastikan ada pagoda. Bahkan hotel saya menginap di Yangon (Orang lokal menyebut Yangon dengan lafal yang mirip-mirip kata “Yangko”), Ibukota Myanmar, bersebalahan dengan pagoda cantik. Selama seminggu saya di Myanmar pun rasanya masih kurang untuk eksplore seluruh pelosok Myanmar.

Kuliner khas Myanmar
Culture shock  yang pertama kali saya temui begitu menginjakkan kaki di Myanmar tepatnya di ibukota Yangon sebagai pintu gerbang masuk ke Myanmar ialah  taxi bandara yang posisi sopirnya di sebelah kanan padahal mobilnya jalan di sebelah kanan. Meskipun kendaraan di Myanmar berkendara di sisi kanan jalan, namun mayoritas mobil – mobil di Myanmar memiliki letak kemudi di sebelah kanan pula. Wah! Ngeri-ngeri sedap jika kita duduk di samping sopir dan mobil melaju dengan kencang.

Hal- hal unik lain yang saya temui selama di Yangon dan dimanapun kita berada selama di Myanmar yakni kegemaran laki-laki myanmar mengunyah sirih. Bahkan bisa dibilang tiada hari tanpa mengunyah sirih bagi mayoritas laki-laki Myanmar.  Sopir taxi yang saya tumpangi pun selalu mengunyah sirih kapanpun dan meludah dimanapun :). Maksudnya meludah dimanapun ini, misalnya ketika sedang naik taxi dan berhenti di lampu merah,  sang sopir bisa kemudian membuka kaca mobil dan meludah keluar. Ehm, mudah-mudah2an sih tidak mengenai orang. Lol! Sepertinya sirih lebih terkenal dibanding rokok di Myanmar. Hampir semua laki-laki dewasa Myanmar mengunyah sirih. Agak jarang saya melihat orang merokok di Myanmar kecuali mungkin anak-anak muda yang mulai terpengaruh budaya luar, sedangkan bapak-bapak masih lebih suka mengunyah sirih.

Memakai Longyi
Long Yi atau biasa kita sebut sarung jika di Indonesia pun sangat lumrah dipakai oleh laki-laki Myanmar dimanapun dan kapanpun. Dimanapun karena saya biasa melihat laki-laki myanmar mengenakan “sarung” di jalan-jalan, di mall, atau bahkan ke sekolah. Sepertinya celana jeans kurang laku disini. Saya pun iseng mencoba memakai longyi yang ternyata cara mengenakannya pun cukup ribet bagi yang belum terbiasa dan tidak seperti mengenakan sarung biasa seperti di Indonesia meskipun penampakan longyi tersebut tidak berbeda dengan sarung pada umumnya sampai-sampai saya harus meminta bantuan orang untuk mengajari saya cara yang benar mengenakan longyi. hehe

Wanita Myanmar pun terlihat selalu memakai Thanaka / bedak muka yang tebal-tebal kemanapun. Tebal disini maksudnya tidak sekedar berdandan “menor” seperti kebanyakan wanita modis di kota-kota besar, namun terdapat perbedaan yang jelas antara muka yang dikasih thanaka dengan yang tidak dikasih thanaka sehingga malah lebih mirip memakai topeng daripada memakai bedak :p. Katanya sih itu merupakan rahasia kecantikan gadis-gadis Myanmar. Entahlah :). Hal yang menurut saya sangat unik dan hanya bisa dijumpai di Myanmar. Takjub!!

Hanya dua hari saya habiskan di ibukota Myanmar, Yangon. Kota Yangon sendiri menurut saya tidak terlalu besar untuk ukuran ibukota sebuah negara meskipun mulai banyak pembangunan di beberapa tempat. Gedung pencakar langit dan mall yang biasa dijumpai di kota besar sepertinya bisa dihitung dengan jari di Yangon.  Di Yangon bahkan tidak ada sepeda motor, namun taxi banyak sekali. Usut punya usut, ternyata sepeda motor tidak boleh beroperasi di kota Yangon. Entah mengapa. Wah!

Chaukhtatgyi Paya Pagoda, The Sleeping Budha Pagoda
Sule Pagoda
Kaban Aye Pagoda dan Budhist Art Center

Nga Htat Gyi Pagoda, The Sitting Budha Pagoda

Selama di Yangon, saya sering sekali mengunjungi banyak pagoda disini. Banyak sekali pagoda menarik yang bisa kunjungi di Yangon mulai dari Swedagon Pagoda, pagoda terbesar di Myanmar, Sule Pagoda yang terletak di tengah-tengah persimpangan jalan, Kaba Aye Pagoda beserta Budhis Art Museum yang ada di dalamnya, Chaukhtatgyi Paya Pagoda dengan Patung Budha tidur sepanjang 70 meter serta banyak pagoda lainnya. Pemandangan pagoda disini sangatlah biasa dan bertebaran dimana-mana.

Swedagon Pagoda
Swedagon Pagoda
Swedagon Pagoda
Yangon pun tidak melulu tentang pagoda. Banyak tempat lain selain pagoda yang sempat saya kunjungi selama di Yangon. Tidak jauh dari Sule Pagoda, terdapat Lapangan Mahabandoola dan monumen kemerdekaan (Independent monument). Di sekitar lapangan ini banyak sekali bangunan-bangunan bersejarah seperti High Court building dengan menara jamnya, City hall, pasar bogyoke , dan Katredal St. Marry. Jika kita berkunjung ke Swedagon Pagoda pun kita bisa sekalian mengunjungi Museum Nasional dan People Park yang tepat berada di belakang Swedagon Pagoda.

Independent Monument
Mahabandoola Park
City Hall
Setiap saya mengunjungi suatu kota, saya pasti menyempatkan diri untuk santai dan duduk-duduk di taman kota. Di Taman kota kita bisa melihat aktivitas penduduk lokal dengan lebih baik. Berbicara mengenai taman yang ada di Yangon, dari beberapa taman kota, saya paling suka dengan Taman Kandawgyi dengan danaunya yang luas dan berlatar belakang Swedagon Pagoda yang megah. Di tengah-tengah taman terdapat Karaweik Hall yakni restoran terapung tepat di pinggir danau. Banyak sekali warga setempat yang datang ke taman waktu sore hari ketika saya kesana.

Meskipun Myanmar sudah bukan negara tertutup lagi dan sudah mulai membuka diri kepada wisatawan asing setidaknya sejak sekitar 2-3 tahun yang lalu, namun Myanmar masih sangat menarik untuk didatangi karena banyak tempat di pelosok Myanmar yang masih sangat kental budayanya dan menjaga warisan budayanya yang terlihat dari kearifan lokal penduduk Myanmar. Bagi yang belum sempat ke Myanmar, ayo segera masukkan ke list dan kunjungi ke Myanmar sebelum menjadi semakin ramai dengan turis. Hehe ^_^


Kandawgyi Park dengan Latar Belakang Karawaek Hall

Cerita saya hari berikutnya di kota Bago dan Kinpun dalam rangkaian perjalanan saya mengelilingi Myanmar dapat dilihat disini :

http://aufasidix.blogspot.com/2015/05/explore-myanmar-day-3-bago-golden-rock.html,


6 komentar:

  1. Hai Sidiq baru nemu blogmu dan langsung aku follow, jangan lupa follow blogku juga yak, hahahaa...
    Aku masih takut ke Myanmar soalnya mereka kejam banget sama muslim Rohingya itu lho :(

    BalasHapus
  2. @nia : haha...... thanks yop. insya allah, ga masalah kok. mereka baik banget dan sangat ramah. yang kasus rohingnya itu kan jauh banget di myanmar utara berbatasan dengan bangladesh. hehe

    BalasHapus
  3. Wow Mas Sidix udah melanglang buana! Hebats.

    BalasHapus
  4. @galuh : haha....belum banyak kok! masih sekitaran Asia aja.

    BalasHapus
  5. Aku akan mengikuti jejakmu, tunggu saja! hahaaha

    BalasHapus
  6. @galuh : siaaap.. ditunggu ceritanya. hehehe

    BalasHapus